Pages

Selasa, 09 April 2013

Anakku Terhebat

Mengajarkan sikap bersyukur, membiasakan sikap mau melayani, membantu anak membuat pilihan, mengajarkan kerapian dan kebersihan, mengajarkan kejujuran, menciptakan suasana keluarga yang akrab dan masih banyak lagi sikap dan nilai yang bisa diterapkan untuk membentuk kepribadian anak. Agar lebih kreatif dalam membentuk kepribadian anak serta menjadikan anak lebih mudah menirukan teladan yang baik dari orang tua padanya maka buku inilah pilihannya:
Dilengkapi dengan:
• Menerapkan sikap-sikap positif pada anak
• Memberikan keterampilan ringan
• Menanamkan nilai-nilai budi pekerti
• Tips-tips mudah membentuk kepribadian anak

Rp. 23.000.-

Rabu, 03 November 2010

10 metode mengajar

Adapun para peserta yang mengikuti pelatihan berasal dari berbagai kalangan guru Taman Kanak-Kanak (TK) yang ada di Kabupaten Aceh Barat dan Nagat Raya. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kepada para guru dalam melakukan kegiatan proses belajar - mengajar bagi siswa-siswinya.

Selama pelatihan berlangsung saya berusaha mengikuti materi-materi yang disampaikan oleh narasumber dengan baik. Saya tertarik disaat salah seorang narasumber menyampaikan materi tentang Memahami Penggunaan Metode Pendidikan Pada Usia Dini. Dalam materi ini disampaikan bahwa ada 10 metode yang dilakukan oleh guru dalam mendidik siswanya. 10 Metode tersebut adalah :

1. Tanya jawab

Metode ini merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dengan cara tanya jawab kepada siswanya. Berbagai media juga bisa dipergunakan dalam metode ini, misalnya melalui gambar, benda dan mainan yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan kepada anak-anak.

2. Bernyanyi

Metode ini merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru kepada siswanya dengan cara bernyanyi. Kegiatan bernyanyi ini dilakukan kepada anak-anak sesuai dengan materi yang telah disusun.

3. Bercerita

Metode ini merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dengan cara bercerita yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan kepada anak-anak.

4. Praktek langsung

Metode ini merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dengan cara melakukan praktek secara langsung sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada anak-anak.

5. Pemberian Tugas

Metode ini merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dengan cara pemberian tugas kepada anak-anak.

6. Sosiodrama

Metode ini merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru kepada anak dengan cara bermain peran dan disesuaikan dengan materi yang telah disusun.

7. Demonstrasi

Metode ini merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru kepada anak dengan cara melakukan, memperlihatkan, mengerjakan dan mempertanyakan kepada anak tentang media, benda atau permainan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan pada anak.

8. Eksperimen

Metode ini merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru kepada anak dengan cara anak-anak melakukan percobaan langsung tentang materi yang disampaikan.

9. Bercakap-cakap

Metode ini merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru kepada anak dengan cara berbicara atau menyampaikan materi pada anak-anak.

10. Karya wisata

Metode ini merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru kepada anak dengan cara membawa anak kelokasi atau tempat tententu (rekreasi) sambil belajar.

Ke -10 metode ini lah yang sering dipergunakan oleh para guru untuk mendidik siswanya di sekolah agar para siswa memiliki pengetahuan, pengalaman dan kepribadian yang baik.

Namun keberhasilan dari tujuan metode ini, juga ditentukan oleh sikap, kesabaran dan hati yang tulus serta kemampuan guru dalam mengimplementasikannya kepada anak-anak.

Oleh karena itu, jika 10 metode ini dilakukan dengan sikap, kesabaran dan hati yang tulus serta kemampuan guru dalam mengimplementasikannya kepada anak-anak maka keberhasilan dari tujuan dalam pendidikan itu akan mudah tercapai.

sumber: internet

Sabtu, 16 Oktober 2010

sepuluh tips

10 Guides



1.ENTHUSIASM, passion, love, dedication, drive, obsession, and the other positive emotional drives, are essential if we want to succeed in this brutal world of business. They are the fuels of our energy. We need them, we need them bad. Enthusiasm does not guarantee success, but lack of it does guarantee failure.



2.Be a REVOLUTIONARY, an activist, who shouts out loud and make the mark at this time of chaos. Dare to CHANGE, to be the UPFRONT of any new business movements. To be the change rather than the product of it.



3.Believe in TECHNOLOGY, and commit yourself to it. Internet, MP3, Mobile-stuff, Biotech, et cetera: learn and go with it. This is the century of brains, and of inventions. Use technology to our benefits. Try the new things, learn and learn and learn. And keep the competitive edge.



4.Go GLOBAL. There is no other time in history where globalization is so near to everybody. Technology has shattered distance and geographical limitations. Internet is the enabler. Connect with someone, anyone, in Japan, Slovakia, India, China, Russia, San Francisco, or Milan. Distance is no barrier anymore; neither do language (translation software is available easily). Make a web of friends.



5.Make MISTAKES, fail and learn. Shit happens. Catastrophes will make us stronger. Successful people know that failures may just be around the next corner. The bigger the prize, the further there is to fail. Caution rules.



6.Focus on the INTANGIBLES. Soft is in, hard is out. The era of brands, bits, and brains, the era of service. Expand and nourish the intangible competency.



7.Be CREATIVE, do something DIFFERENT with our works and products. Put our souls into whatever we do. Avoid the commodity trap.



8.Stay LOOSE, be happy, be crappy. Turn the workplace into a PLAYZONE, or quit. The world is already too dark to live by, we need to balance our life with the joy of living. Enjoying what we do and loving every second of it. Otherwise we are out, we are finished.



9.GIVE BACK to the community, commit to social cause, do random acts of kindness. We have to remember the poor and the needy, the rainforests and the environmental harmony. Karma counts, we are responsible of the humanity we live in. Embark the economies of souls.



10.Trust your INSTINC, go with your guts, and keep on running. Do the things that you believe is right, and that power will push you on and on. Determination rules.



by Tanadi Santoso

Minggu, 03 Oktober 2010

indah

INDAH Banyaknya perbedaan kepentingan dan perbedaan karakter di sekitar kita. Mana yang lebih berbahaya. menjadi orang yang mau menguasai sendiri semuanya. Atau orang yang suka iri dan menginginkan milik orang lain menjadi miliknya. Atau orang yang mengadu domba dan oportunis, mencari kesempatan untuk bisa merebut posisi orang lain. Atau orang yang banyak prasangka dan enggan berbagi..Atau orang yang menonton semuanya dan bergunjing atas kenaifan,kemunafikan dan keserakahan semuanya. tidak ada yang sempurna di dunia ini. Kesempurnaan hanya milik Allah semata..Kalau manusia mau muhasabah dan intropeksi diri..mustinya mau berbagi, bekerjasama, saling menghargai, saling menjaga.. Tidak perlu iri, jika ikut mendapat bagian ,Alhamdulillah. Kaau tidak, tetap bersyukur atas segala yang sudah dimiliki.Positif thinking, positif hati, positif langkah...Jika ingin ikut terlibat dan memperoleh porsi, sebaiknya sampaikan dengan baik dan menerima sewajarnya porsi yang diberikan. Jangan membuat orang lain surut apalagi menyingkirkan , mendepak atau mengucilkan orang lain. Apalagi membuat konspirasi untuk menjatuhkan (kredibilitas ataupun semangat) orang lain. Maju bersama kan lebih asyik daripada menang sendiri..Tidak perlu mencemooh orang lain dan merasa paling suci dan paling benar.apalagi kemudian berdiri di atas reruntuhan puing puing keputus asaan orang lain. Karena perbedaan dan keragaman termasuk perbedaan peran sesungguhnya adalah indah. Jadi sebaiknya keindahan itu dinikmati bersama.Begitu deh J

Rabu, 30 Juni 2010

Jenis Guru


ADA 3 JENIS GURU, ANDA TERMASUK YANG MANA? oleh: Munif Chatib

Dalam minggu ini penulis banyak menerima undangan berbicara dalam acara halal bihalal beberapa sekolah. Hampir kebanyakan yang hadir adalah semua pengurus yayasan, kepala sekolah dewan guru dan semua karyawan yang bekerja di sekolah tersebut. Seorang kawan yang kebetulan menjadi direktur di sebuah sekolah membisikkan sesuatu yang penting sebelum saya naik panggung.

“Pak Munif tolong beri motivasi dan semangat para guru ya agar mereka lebih baik lagi dalam bekerja”.

Memang sekolah sebagai institusi yang didalamnya wajib membutuhkan sentuhan manajemen sumber daya manusia, sebagai maqom manajemen yang tertinggi, guru adalah komponen yang maha penting.

Bahkan kualitas pendidikan bangsa ini banyak ditentukan oleh kualitas para gurunya. Guru adalah ‘bos in the class’. Guru adalah orang yang bertatap muka langsung dengan peserta didik. Artinya roda komunitas yang bernama sekolah sangat diwarnai oleh kinerja para gurunya.

Pentingnya peranan dan kualitas seorang guru berdampingan dengan banyaknya problematika yang dihadapi oleh para guru. Hal yang mendasar pada problem tersebut adalah ‘KEMAUAN’ untuk maju. Apabila kita percaya tidak ada siswa yang bodoh dengan multiple intelligences-nya masing-masing, maka kita juga harus percaya bahwa ‘tidak ada guru yang tidak becus mengajar’. Hanya saja kenyataan yang terjadi adalah keengganan guru untuk terus belajar dan bekerja dengan baik disebabkan oleh tidak adanya ‘KEMAUAN’ untuk belajar dan maju.

Saya sangat setuju dengan pernyataan seorang teman yang memimpin sebuah sekolah yang berkualitas. “Pak Munif tidak semua guru lho mau diberikan pelatihan. Jika seperti itu maka sebagus apapun materi dan kemasan dalam pelatihan itu, biasanya guru tidak akan berhasil mengambil manfaat dari pelatihan itu. Oleh sebab itu, saya merancang sebuah sesi pendaftaran kepada guru-guru saya yang ‘MAU’ ikut pelatihan dengan batasan waktu. Dari situ saja saya sudah tahu, mana guru yang ‘tertarik’ dan ‘tidak tertarik’.

Dua tahun yang lalu pemerintah memulai melaksanakan program sertifikasi guru. Program ini sebenarnya diawali dari sebuah hipotesa, bahwa guru yang professional dan berkualitas akan terwujud apabila kesejahteraannya mencukupi. Sebaliknya jangan harap seorang guru akan professional, jika kesejahteraannya tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari.

Beberapa bulan yang lalu, ternyata hipotesa itu terjawab. Dari data statistik yang dianalisa oleh teman-teman asesor menyebutkan bahwa para guru penerima tunjangan profesi yang cukup besar, ternyata belum menunjukkan kemajuan kualitas dalam proses mengajarnya. Mereka tidak berubah, mengajar biasa-biasa saja. Meskipun mereka sudah menerima tunjangan profesi sebagaimana yang diharapkan pemerintah untuk menjadi guru yang professional dengan berbagai kriteria yang sudah ditentukan dalam proses sertifikasi guru.

Jadi menurut penulis ada hipotesa baru, yaitu ‘besarnya penghasilan guru belum tentu menjadi penyebab berkembangnya kualitas guru dalam bekerja’.

Dilihat dari faktor ‘KEMAUAN’ untuk maju, maka ada 3 jenis guru.

Pertama, ‘GURU ROBOT’, yaitu guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka hanya masuk, mengajar, lalu pulang. Mereka yang peduli kepada beban materi yang harus disampaikan kepada siswa. Mereka tidak mempunyai kepedulian terhadap kesulitan siswa dalam menerima materi. Apalagi kepedulian terhadap masalah sesama guru dan sekolah pada umumnya. Mereka tidak peduli dan mirip robot yang selalu menjalankan perintah berdasarkan apa saja yang sudah di programkan. Guru jenis ini banyak sekali menggunakan ungkapan seperti ini.

“Wah …itu bukan masalahku…itu masalah kamu. Jadi selesaikan sendiri ….” Atau

“Maaf aku tidak dapat membantu … sebab hal ini bukan tugas saya…”.

Kedua, ‘GURU MATERIALIS’, yaitu guru yang selalu melakukan hitung-hitungan, mirip dengan aktivitas bisnis jual beli atau yang lainnya. Parahnya yang dijadikan patokannya adalah ‘HAK’ yang mereka terima. Barulah ‘KEWAJIBAN’ mereka akan dilaksanakan sebesar tergantung dari HAK yang mereka terima. Guru ini pada awalnya merasa professional, namun akhirnya akan terjebak dalam ‘KESOMBONGAN’ dalam bekerja. Sehingga tidak terlihat ‘benefiditasnya’ dalam bekerja. Ungkapan-ungkapan yang banyak kita dengan dari guru jenis ini antara lain:

“Cuma digaji sekian saja … kok mengharapkan saya total dalam mengajar… jangan harap ya …”.

“Percuma mau kreatif, orang penghasilan yang diberikan kepada saya hanya cukup untuk biaya transport…”.

“Kalau mengharapkan saya bekerja baik, ya turuti dong permintaan gaji saya sebesar …..”.

Dan seterusnya …

Ketiga, ‘GURUNYA MANUSIA’, yaitu guru yang mempunyai keikhlasan dalam hal mengajar dan belajar. Guru yang mempunyai keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah membuat para siswanya berhasil memahami materi-materi yang diajarkan. Guru yang ikhlas untuk introspeksi apabila ada siswanya yang tidak bisa memahami materi ajar. Guru yang berusaha meluangkan waktu untuk belajar. Sebab mereka sadar, profesi guru adalah makhluk yang tidak boleh berhenti untuk belajar. Guru yang keinginannya kuat dan serius ketika mengikuti pelatihan dan mengembangan.

GURUNYA MANUSIA , juga manusia yang membutuhkan ‘penghasilan’ untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bedanya dengan GURU MATERIALIS, GURUNYA MANUSIA menempatkan penghasilan sebagai AKIBAT yang akan didapat dengan menjalankan kewajibannya. Yaitu Keikhlasan mengajar dan belajar.

Sudah banyak contoh yang mana rizki seorang guru tiba-tiba diguyur oleh Allah SWT dari pintu yang tidak terduga, atau dari akibat guru tersebut terus menerus belajar.

Ada teman guru yang mendapatkan kesempatan ‘belajar’ di luar negeri sebab mempunyai prestasi dalam membuat lessonplan. Ada teman guru mendapatkan rizki sebab dengan tekun menulis buku ajar untuk siswa di sekolah tempat dia bekerja. Ada teman guru yang menulis kisah-kisah yang unik yang dialami di kelas pada saat dia belajar. Ada teman guru yang sekarang menjadi ‘bintang’ banyak sekali dibutuhkan pemikiran-pemikirannya untuk banyak guru di Indonesia, dan lain-lain.

Walhasil, Allah tidak hanya Maha Mendengar saja. tapi Ia juga Maha Melihat dan Maha Mengetahui apa yang dinginkan oleh hamba-Nya yang bertawakkal.

Sekarang … tundukkan wajah sejenak. Ambil nafas … lakukan instropeksi. Anda termasuk guru jenis yang mana?

Sumber
http://munifchatib.wordpress.com/2009/10/05/ada-3-jenis-guru-anda-termasuk-yang-mana/