Pages

Kamis, 20 Mei 2010

Great Teacher


We once had a teacher
The Teacher of Teachers
He Changed the world for the better
And Made us better creatures
Oh Allah We've shamed ourselves
...We've strayed from Al-Mualiim
Surely we've wronged ourselves
What will we say in front of him

He was Mohammad
Peace and Blessings of God be upon him
Mercy upon Mankind, Teacher of ALL mankind

Mendongeng


BERCERITA / MENDONGENG
Penulis : Hirmaningsih (Dosen UIN Pekanbaru)

* Bercerita adalah penggambaran tentang sesuatu secara verbal. Bercerita merupakan stimulus yang dapat membangkitkan anak terlibat secara mental
* Melalui bercerita, anak di ajak berkomunikasi, berfantasi, dan berkhayal serta mengembangkan kognitifnya. Aktivitas mental anak dapat melambung, melanglang buana melampaui isi cerita itu sendiri. Dengan bercerita juga melatih perkembangan emosi anak

Bercerita dapat dilaksanakan dalam beberapa bentuk

1. Bercerita tanpa alat peraga, hanya mengandalkan kemampuan verbal orang yang memberikan cerita
2. Bercerita dengan menggunakan alat peraga seperti boneka, gambar, atau benda peraga dll
3. Bercerita dengan menggunakan buku cerita
4. Bercerita dengan menggunakan bahasa isyarat atau gerakan
5. Bercerita melalui alat pandang dengar yaitu berupa kaset, TV, dsb

Manfaat kegiatan bercerita

1. Mengembangkan fantasi dan kreatifitas
2. Mengasah kecerdasan
3. Menumbuhkan minat
4. Membangun kedekatan dan keharmonisan
5. Media pembelajaran imajinatif

Pada zaman serba canggih seperti sekarang, kegiatan mendongeng di mata anak-anak tidak populer lagi. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada televisi yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang acapkali bukan tontonan yang pas untuk anak. Kalaupun mereka bosan dengan acara yang disajikan, mereka dapat pindah pada permainan lain seperti videogame.

KENDATI demikian, kegiatan mendongeng sebetulnya bisa memikat dan mendatangkan banyak manfaat, bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga orang tua yang mendongeng untuk anaknya. Kegiatan ini dapat mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng ini.

Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.

Kedua, cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seprti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut karena Kak Agam di sini tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.

Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan Kak Agam, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.

Tidak ada batasan usia yang ketat mengenai kapan sebaiknya anak dapat mulai diberi dongeng oleh Kak agam. Untuk anak-anak usia prasekolah, dongeng dapat membantu mengembangkan kosa kata. Hanya saja cerita yang dipilihkan tentu saja yang sederhana dan kerap ditemui anak sehari-hari. Misalnya dongeng-dongeng tentang binatang. Sedangkan untuk anak-anak usia sekolah dasar dapat dipilihkan cerita yang mengandung teladan, nilai dan pesan moral serta problem solving. Harapannya nilai dan pesan tersebut kemudian dapat diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari.

Keberhasilan suatu dongeng tidak saja ditentukan oleh daya rangsang imajinatifnya, tapi juga kesadaran dan kemampuan pendongeng untuk menyajikannya secara menarik. Untuk itu Kak Agam dapat menggunakan berbagai alat bantu seperti boneka atau berbagai buku cerita sebagai sumber yang dapat dibaca oleh orang tua sebelum mendongeng.

Manfaat Dongeng untuk anak :

1. Mengasah daya pikir dan imajinasi
2. Menanamkan berbagi nilai dan etika
3. Menumbuhkan minat baca

Ciri kecerdasan spiritual

Orang yang cerdas secara spiritual tidak memecahkan persoalan hidup hanya secara rasional atau emosional saja. Ia menghubungkannya dengan makna kehidupan secara spiritual yaitu melakukan hubungan dengan pengatur kehidupan. Contoh: Seorang anak diberitahu bahwa orang tuanya tidak akan sanggup menyekolahkannya ke Jerman, ia tidak putus asa. Ia yakin bahwa kalau orang itu bersungguh-sungguh dan minta pertolongan kepada Tuhan, ia akan diberi jalan. Bukankah Tuhan berfirman, “Orang-orang yang bersungguh-sungguh dijalan Kami, Kami akan berikan kepadanya jalan-jalan Kami”?

Seorang yang tinggi SQ-nya cenderung menjadi menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian – yaitu seorang yang bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi terhadap orang lain, ia dapat memberikan inspirasi terhadap orang lain.

Sejalan dengan Covey yang menerangkan bahwa; Setiap pribadi yang menjadi mandiri, proaktif, berpusat pada prinsip yang benar, digerakkan oleh nilai dan mampu mengaplikasikan dengan integritas, maka ia pun dapat membangun hungungan saling tergantung, kaya, langgeng, dan sangat produktif dengan orang lain.

Mahayana menyebutkan beberapa ciri orang yang mempunyai kecerdasan spritual yang tinggi:

1. Memiliki prinsip dan visi yang kuat

Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar ia sebagai pedoman berperilaku yang mempunyai nilai yang langgeng dan produktif. Prinsip manusia secara jelas tidak akan berubah, yang berubah adalah cara kita mengerti dan melihat prinsip tersebut. Semakin banyak kita tahu mengenai prinsip yang benar semakin besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana.

Paradigma adalah sumber dari semua tingkah laku dan sikap, dengan menempatkan kita pada prinsip yang benar dan mendasar maka kita juga menciptakan peta atau paradigma mendasar mengenai hidup yang benar, dan pada ujung-ujungnya adalah hidup yang efektif.

2. Kesatuan dan keragaman

Seorang dengan spiritualitas yang tinggi mampu melihat ketunggalan dalam keragaman. Ia adalah prinsip yang mendasari SQ, sebagaimana Tony Buzan dan Zohar menjelaskan pada pemaparan yang telah disebutkan diatas. Tony Buzan mengatakan bahwa “kecerdasan spiritual meliputi melihat gambaran yang menyeluruh, ia termotivasi oleh nilai pribadi yang mencangkup usaha menjangkau sesuatu selain kepentingan pribadi demi kepentingan masyarakat”.

3. Memaknai

Makna bersifat substansial, berdimensi spiritual. Makna adalah penentu identitas sesuatu yang paling signifikan. Seorang yang memiliki SQ tinggi akan mampu memaknai atau menemukan makna terdalam dari segala sisi kehidupan, baik karunia Tuhan yang berupa kenikmatan atau ujian dari-Nya, ia juga merupakan manifestasi kasih sayang dari-Nya. Ujiannya hanyalah wahana pendewasaan spiritual manusia.

Mengenai hal ini Covey meneguhkan tentang pemaknaan dan respon kita terhadap hidup. Ia mengatakan ”cobalah untuk mengajukan pertanyaan terhadap diri sendiri: Apa yang dituntut situasi hidup saya saat ini; yang yang harus saya lakukan dalam tanggung jawab saya, tugas-tugas saya saai ini; langkah bijaksana yang akan saya ambil?”. Jika kita hidup dengan menjalani hati nurani kita yang berbisik mengenai jawaban atas pertanyaan kita diatas maka, “ruang antara stimulus dan respon menjadi semakin besardan nurani akan makin terdengar jelas”.

4. Kesulitan dan penderitaan

Pelajaran yang paling berarti dalam kehidupan manusia adalah pada waktu ia sadar bahwa itu adalah bagian penting dari substansi yang akan mengisi dan mendewasakan sehingga ia menjadi lebih matang, kuat, dan lebih siap menjalani kehidupan yang penuh rintangan dan penderitaan. Pelajaran tersebut akan menguhkan pribadinya setelah ia dapat menjalani dan berhasil untuk mendapatkan apa maksud terdalam dari pelajaran tadi. Kesulitan akan mengasah menumbuh kembangkan, hingga pada proses pematangan dimensi spiritual manusia. SQ mampu mentransformasikan kesulitan menjadi suatu medan penyempurnaan dan pendidikan spiritual yang bermakna. SQ yang tinggi mampu memajukan seseorang karena pelajaran dari kesulitan dan kepekaan terhadap hati nuraninya.

Menurut Khavari terdapat tiga bagian yang dapat kita lihat untuk menguji tingkat kecerdasan spritual seseorang:

1. Dari sudut pandang spiritual keagamaan (relasi vertikal, hubungan dengan yang Maha Kuasa). Sudut pandang ini akan melihat sejauh manakah tingkat relasi spritual kita dengan Sang Pencipta, Hal ini dapat diukur dari “segi komunikasi dan intensitas spritual individu dengan Tuhannya”. Menifestasinya dapat terlihat dari pada frekwensi do’a, makhluq spritual, kecintaan kepada Tuhan yang bersemayam dalam hati, dan rasa syukur kehadirat-Nya. Khavari lebih menekankan segi ini untuk melakukan pengukuran tingkat kecerdasan spritual, karena ”apabila keharmonisan hubungan dan relasi spritual keagamaan seseorang semakin tinggi maka semakin tinggi pula tingkat kualitas kecerdasan spritualnya”.
2. Dari sudut pandang relasi sosial-keagamaan. Sudut pandang ini melihat konsekwensi psikologis spritual-keagamaan terhadap sikap sosial yang menekankan segi kebersamaan dan kesejahteraan sosial. Kecerdasan spiritual akan tercermin pada ikatan kekeluargaan antar sesama, peka terhadap kesejahteraan orang lain dan makhluk hidup lain, bersikap dermawan. Perilaku marupakan manifestasi dari keadaan jiwa, maka kecerdasan spritual yang ada dalam diri individu akan termanifestasi dalam perilakunya. Dalam hal ini SQ akan termanifestasi dalam sikap sosial. Jadi kecerdasan ini tidak hanya berurusan dengan ke-Tuhanan atau masalah spiritual, namun akan mempengaruhi pada aspek yang lebih luas terutama hubungan antar manusia.
3. Dari sudut pandang etika sosial. Sudut pandang ini dapat menggambarkan tingkat etika sosial sebagai manifestasi dari kualitas kecerdasan spiritual. Semakin tinggi tingkat kecerdasan spritualnya semakin tinggi pula etika sosialnya. Hal ini tercermin dari ketaatan seseorang pada etika dan moral, jujur, dapat dipercaya, sopan, toleran, dan anti terhadap kekerasan. Dengan kecerdasan spritual maka individu dapat menghayati arti dari pentingnya sopan santun, toleran, dan beradap dalam hidup. Hal ini menjadi panggilan intrinsik dalam etika sosial, karena sepenuhnya kita sadar bahwa ada makna simbolik kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari yang selalu mengawasi atau melihat kita di dalam diri kita maupun gerak-gerik kita, dimana pun dan kapan pun, apa lagi kaum beragama, inti dari agama adalah moral dan etika.

Demikianlah sedikit uraian tentang ciri-ciri Kecerdasan Spriritual, semoga dapat bermanfaat.

Belajar Kasih Sayang

[belajar akhlak] KASIH SAYANG

Kata ar-rahmah (kasih sayang) berasal dari kata ar-rahmu atau ar-rahim yang artinya adalah kedekatan dan hal-hal yang bisa menimbulkan kedekatan. Ketiga kata tersebut merupakan turunan dari kata ar-rahiim yang artinya kandungan tempat tumbuhnya bayi. Sehingga bisa dikatakan bahwa arti kata ar-rahmah adalah halus, lembut, kasih sayang, dan lunak yang semuanya mengarah pada satu arti yaitu ‘sangat dekat’. Sedangkan kebalikan dari sifat ar-rahmah adalah bersikap kasar, keras hati dan kaku.

Sifat ar-Rahmah adalah salah satu sifat ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Didalam Al-Qur’an, ALLAH Subhanahu wa Ta’ala menegaskan,
“…Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Al-A’raf:56)
“…Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang yang sesat.” (QS. Al-Hijr:56)
“…Maka sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, pasti kamu termasuk orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah:64).
“Dan Tuhanmu Maha Pengampun…” (QS. Al-Kahf:58).

Kata ar-Rahiim sendiri merupakan salah satu asma-asma ALLAH Subhanahu wa Ta’ala (al-asmaa’ al-husna). Kata ini sering kita ucapkan sehari-hari yaitu ketika membaca basmalah.
ALLAH Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima taubatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah:37).
“…Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah:143).
“Ketahuilah, bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya dan bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Ma’idah:98).

Mengenai sifat kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ALLAH Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Sunggguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaum-mu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang beriman.” (QS. At-Taubah:128).
“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya’:107).

Meskipun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia utama yang selalu dijaga gerak-geriknya oleh Sang Pencipta, namun ALLAH Subhanahu wa Ta’ala tetap memerintahkan Nabi-NYA itu untuk berendah hati dan menyebarkan kasih sayang. ALLAH Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya),
“…dan berendah hatilah engkau terhadap orang yang beriman.” (QS. Al-Hijr:88).

Banyak hadits yang menceritakan mengenai sifat kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beberapa kisah yang menunjukkan betapa besar kasih sayang beliau.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok yang terkenal sangat sayang dan lembut terhadap anak-anak. Diriwayatkan oleh Aisyah tentang kedatangan seorang Arab Badui yang menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan terheran-heran melihat beliau menciumi anak kecil. Dengan nada heran dia berkata, “Kamu mencium anak-anak? Kami tidak pernah menciumi mereka.” dengan nada heran dan ingkar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Apakah Allah telah mencabut sifat kasih sayang dari hatimu?” (HR. al-Bukhari).

Abu Hurairah menceritakan bahwa pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium cucu beliau Hasan bin Ali. Disaat itu al-Aqra’ bin Habis at-Tamimi sedang duduk dan heran melihat apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu, dia pun berkata, “Saya punya sepuluh anak, dan saya sama sekali tidak pernah mencium satupun anakku.” Mendengar ucapan ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memandangnya sambil berkata, “Barangsiapa tidak mengasihi, dia tidak akan dikasihi.” (HR. al-Bukhari).

Pada suatu hari ada seorang pemuda datang menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon kepadanya supaya diijinkan ikut berjihad. Kemudian beliau bertanya kepada pemuda itu, “Apakah kamu punya ibu?” pemuda tersebut menjawab, “Ya, saya masih punya ibu.” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepadanya, “Jagalah ibumu saja. Karena sesungguhnya surga berada dibawah kedua kakinya.”

Ketika seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutarakan keinginannya ikut berhijrah bersama beliau. Orang tersebut berkata, “Wahai Rasulullah, saya datang kesini setelah membuat kedua orang tuaku menangis.” Rasulullah pun berkata kepada orang itu, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu, dan buatlah mereka tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis.” (HR. Ahmad)

Dalam hadits diatas tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan betapa besarnya penghargaan Islam terhadap kedua orang tua, sehingga mereka harus diprioritaskan dalam segala hal, termasuk dalam hal mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Dalam hadits tersebut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak mau memberikan ijin kepada orang yang hendak berjihad fi sabilillah sebelum mendapat restu dari orang tua. Perlu di ingat bahwa jihad yang dimaksud adalah jihad yang hukumnya fardu kifayah, namun jika jihad tersebut adalah untuk mempertahankan eksistensi Islam maka hukumnya fardu ‘ain dimana setiap muslim harus melakukannya dan tidak perlu restu dari orang tua.

Kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya terbatas untuk kalangan umat Islam atau kerabatnya saja. Orang-orang musrik juga dikasihi oleh beliau. Pada saat Perang Badar, sebelum pertempuran berkecamuk beliau berkata, “Saya tahu bahwa orang-orang bani Hasyim dan beberapa yang lainnya ikut perang karena terpaksa. Mereka sebenarnya tidak ingin memerangi kita. Barangsiapa (dalam pertempuran nanti) ada diantara kalian yang bertemu dengan salah seorang dari bani Hasyim, janganlah ia dibunuh. Barangsiapa diantara kalian yang bertemu dengan Abul-Bakhtari bin Hisyam ibnul Harits bin Asad, janganlah ia dibunuh. Barangsiapa ada diantara kalian yang bertemu dengan al-Abbas bin Abdul-Muththalib, janganlah ia dibunuh. Mereka semua ikut perang karena terpaksa.

Para tawanan perang juga merasakan kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berpesan kepada para sahabat, “Perlakukanlah tawanan perang dengan baik.”

Setelah kepala suku Yamamah, Tsamamah bin Atsal masuk Islam, dia bersumpah untuk tidak mengirim produk gandum kepada penduduk kafir Quraisy. Orang-orang Quraisy pun mengeluh dan mengadukan masalah ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya kamu adalah orang yang suka memerintah orang lain supaya menyambung tali silaturrahim.” Setelah itu beliau mengirim surat kepada Tsamamah supaya dia mau mendistribusikan produk gandumnya ke penduduk Mekkah.

Bisa saja Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membalas perlakuan kafir Quraisy, mengingat mereka pernah mengembargo dan mengurung umat Islam di suatu tempat yang bernama Syi’b Abi Thalib. Namun keputusan Tsamamah bin Atsal untuk tidak mengirimkan gandum kepada penduduk Quraisy ini tidak disetujui oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini menunjukkan bahwa rasa kasih sayang beliau juga dicurahkan kepada orang-orang musyrik meskipun sebelumnya mereka telah menyakiti beliau.

Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diminta untuk mendoakan tidak baik terhadap seseorang, baik orang muslim maupun kafir, maka beliau justru melakukan sebaliknya, yaitu mendoakan baik bagi seseorang tersebut.

Diriwayatkan ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta rombongan meninggalkan bani Tsaqif, ada sebagian sahabat meminta kepada beliau supaya berdoa untuk kehancuran bani Tsaqif. Namun beliau menolak bahkan beliau berdoa, “Ya Allah berilah petunjuk kepada bani Tsaqif dan anugerahilah mereka.”

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi musuh, maka para sahabat berkata, “Seandainya anda melaknati mereka wahai Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya aku tidak diutus agar menjadi orang yang suka melaknat, akan tetapi aku diutus sebagai rahmat.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memukul seseorang dengan tangan beliau, kecuali jika sedang berada didalam jihad dijalan Allah SWT. beliau tidak diberi pilihan kecuali baliau akan memilih pilihan yang paling mudah diantara pilihan-pilihan yang ada, selama hal tersebut tidak termasuk kategori dosa atau yang bisa memutuskan tali persaudaraan.

Diriwayatkan oleh Abu Dzarr al-Ghiffari, “Suatu ketika, aku mencela dan mencaci seseorang, lalu aku mengejek dan mencemoohnya dengan menyebut kejelekan ibunya, lalu Rasulullah saw. berkata kepadaku, ‘Wahai Abu Dzarr, apakah kamu mengejek dan mencemoohnya dengan menyebut keburukan ibunya? Sungguh, didalam dirimu masih terdapat karakter jahiliah. Mereka, saudara-saudaramu adalah pembantumu dan mereka merupak sebuah pemberian dari ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. yang Dia jadikan berada dibawah kekuasaanmu. Maka barangsiapa memiliki saudara yang berada dibawah kekuasaannya, maka hendaklah dia memberinya makan seperti apa yang dia makan dan memberinya pakaian seperti apa yang dia pakai. Jangan kalian membebani mereka dengan hal-hal yang diluar kemampuan mereka. dan jika kalian memberikan beban suatu pekerjaan kepada mereka, maka bantulah mereka di dalam menunaikan pekerjaan tersebut.”

Pada khutbah terakhir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau memberikan sebuah wasiat tentang para pembantu dan budak, “Allah menjadikan kalian pemilik mereka dan bila Allah menghendaki, maka Allah menjadikan kalian milik mereka. diantara para budak yang kalian senangi, maka tahanlah mereka, adapun yang kalian tidak senangi, maka sama seperti mereka. janganlah menyiksa makhluk Allah azza wa jalla.”

Bahkan Rahmat dan kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya terbatas pada manusia saja, akan tetapi juga mencangkup hewan. Seringkali beliau memberikan wasiat kepada para sahabat agar berlaku halus dan lembut terhadap hewan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takutlah kalian kepada Allah, dalam hal hewan-hewan yang tidak mempu bicara ini, naikilah tatkala dalam keadaan baik dan sehat, makanlah dagingnya tatkala dalam keadaan sehat dan baik.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian menaiki hewan-hewan ini, maka berikanlah haknya pada tempat-tempat peristirahatan, janganlah kalian seperti setan atas hewan-hewan tersebut.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang mengebiri unta dan hewan-hewan lainnya serta melarang mengadu hewan.

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang bepergian bersama sebagian para sahabat, lalu ada diantara sahabat yang mengambil dua ekor anak burung, lantas si induk anak burung tersebut datang mengepak-ngepakkan kedua sayapnya. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat hal tersebut, maka beliau berkata, “Siapa yang telah mengambil anak burung ini sehingga ia menjadi terganggu? Kembalikanlah anak burung itu kepada induknya.”

Tidak diragukan lagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah teladan utama dalam masalah Kasih Sayang. Maka hendaklah seorang muslim selalu berusaha mempelajari dan meneladani ahklak mulia beliau. berkasih sayanglah kepada sesama, kepada makhluk dan alam, serta berkasih sayanglah dalam segala urusan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan di dalam segala urusan.”


-----
Lihat, Akhlak Rasul Menurut Bukhari-Muslim, penulis Abdul Mun’im al-Hasyimi, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al-Kattani, Gema Insani, 2009.
Bab. Kasih Sayang.

Bahasa Cinta Anak

Apa Bahasa Cinta Anak Anda ?

Oleh sukarto | July 6, 2007

Manakah yang lebih penting menurut Anda : Orangtua yang merasa mencintai anaknya atau Anak yang merasa dicintai orangtuanya ?
Kalau Anda bingung, silakan baca kembali pertanyaan diatas :) Jika Anda jeli, Anda akan tahu bahwa yang lebih penting adalah yang kedua yaitu Anak yang merasa dicintai orangtuanya. Karena bila orangtua merasa mencintai anaknya, belum tentu anaknya merasa dicintai bukan ? Tetapi kalau anak yang merasa dicintai orangtuanya, sudah pasti orangtuanya mencintai anaknya.

Anehnya, problem yang seringkali kami temui dalam sesi konsultasi adalah permasalahan yang sumbernya karena anak merasa tidak disayangi, tidak dicintai, tidak diterima oleh orangtuanya. Padahal saat bertemu orangtuanya, kami diyakinkan benar-benar bahwa dia sayang sekali dengan anaknya. Anda mungkin jadi bertanya, kalau begitu kenapa anaknya merasa tidak dicintai ? Kok aneh dan kenapa bisa terjadi seperti itu ? Anda percaya saja, kasus atau kejadian seperti ini banyak sekali terjadi dan bisa saja terjadi pada Anda. Dan dalam banyak kasus orangtua tidak tahu apa salahnya mereka dan bagaimana memperbaikinya.

Anda perlu tahu bahwa anak yang bermasalah dalam hidupnya seperti terlibat perkelahian, narkoba, tidak percaya diri, tidak bisa bergaul, mudah putus asa, tidak berani mencoba dan banyak permasalahan anak lainnya, sumbernya seringkali karena dia tidak merasa dicintai atau diterima oleh orang-orang terdekatnya terutama orangtua. Ada banyak permasalahan yang terjadi karena komunikasi antara orangtua dan anak tidak terjalin dengan baik. Cara dan metode komunikasi yang bagus antara orangtua dan anak sangatlah penting bagi perkembangan diri si anak, salah satunya adalah dengan memahami bahasa cintanya.

jepangvsindo.jpgSetiap anak memiliki bahasa cintanya sendiri-sendiri. Kalau Anda belum pernah mendengar istilah bahasa cinta, saya berikan ilustrasi. Bayangkan Anda bertemu dengan orang Jepang yang tidak bisa bahasa Indonesia dan Anda juga tidak mengerti bahasa Jepang, mulailah saling berbicara hm..hm… Apakah kira-kira Anda atau orang asing itu bakalan mengerti ? Dan berapa lama Anda tahan berbicara dengan seseorang yang tidak mengerti apa yang Anda katakan ?

Itulah yang sering terjadi antara orangtua dengan anak yang mempunyai bahasa cinta yang berbeda. Keduanya tidak akan saling mengerti apa yang dimaksud dan akhirnya percakapan hanya berlangsung singkat karena masing-masing merasa percuma ngomong, toh gak akan ngerti juga.

Bahasa cinta seorang anak adalah sebuah cara komunikasi yang sesuai dengan anak agar dia benar-benar merasa dicintai. Kata kunci disini adalah benar-benar karena anak tahu sih orangtuanya sayang dengannya tetapi anak tidak benar-benar merasa dicintai. Ok, Anda jadi sekarang ingin tahu bahasa cinta itu apa saja sih ? Ada 5 bahasa cinta, setiap orang memiliki bahasa cinta yang dominan, sedangkan bahasa cinta yang lain adalah pendukung saja.

1. Sentuhan Fisik : memberikan sentuhan fisik seperti pelukan, ciuman di pipi, bermain yang melibatkan sentuhan fisik dan lain-lain.
2. Kata-kata Pendukung : kata-kata positif dan mendukung pada anak.
3. Waktu Berkualitas : melakukan aktifitas bersama dengan anak tanpa ada orang lain.
4. Hadiah : memberikan hadiah kesukaannya.
5. Layanan : melayani kebutuhan anak yang penting baginya.

Walaupun saya sudah menjelaskan secara detil mengenai bahasa cinta ini di DVD Tangki Cinta Anak Saya akan menjelaskan bahasa cinta ini satu per satu lebih detil dalam artikel-artikel berikutnya.

Saat Anda mengetahui bahasa cinta anak anda, Anda bisa berkomunikasi sesuai dengan bahasa cinta tersebut dan Anak Anda akan benar-benar merasa dicintai. Anak yang merasa dicintai akan meningkatkan harga dirinya, kepercayaan diri juga meningkat, anak lebih ceria dan hubungannya dengan orangtua jauh lebih berkualitas. Bukankah itu semua yang kita mau ?

Semoga Anda semua menjadi orangtua yang terbaik bagi anak anda..

Komentar dan masukan tentang artikel ini akan sangat bermanfaat bagi semua orang. Silakan isi form komentar di bawah ini. Terimakasih sebelumnya !

Berkaca Pada Anak

BERKACALAH PADA ANAK

Suatu hari , saya menghadiri satu perlombaan drama di sekolah anak saya, mereka memerankan satu kisah drama tetapi setiap anak akan dinilai berdasarkan perannya masing-masing.
Dari kejauhan saya melihat ada yang berperan sebagai penjual jamu dengan bakulnya, ada yang menjadi seorang guru lengkap dengan baju dan tasnya, ada yang berperan sebagai murid yang pemurung , dan ada seorang anak laki – laki berwajah garang yang memerankan pak tua yang pemarah. Dan banyak lagi peran-2 yang terlihat oleh saya.

Tepuk tangan bergema di aula ketika para murid tampil dengan perannya masing-masing. Murid-murid itu berlomba-lomba untuk menjadi pemain drama terbaik., karena ingin mendapatkan piala kemenangan dari sekolah tersebut.

Akhirnya pementasan dramapun selesai, dan akhirnya para gurupun memulai penghitungan nilai. Untuk menentukan siapa yang berakting paling bagus dan menjadi pemenangnya. Jantung para murid dan orangtua merekapun berdegup kencang, berharap bahwa merekalah yang akan menjadi juaranya.

Tibalah saatnya, para guru membacakan nama pemenangnya , “ pemeran drama terbaik mala mini adalah , “ Dino”… tepuk tangan menggema keseleruh aula, Dino adalah anak berwajah garang yang memerankan menjadi orang tua yang pemarah, orang tuanya begitu bangga dan tertawa menyambutnya, kepala sekolah menyuruh dino dan orangtuanya untuk naik keatas panggung, kepala sekolah menyalami keluarga itu, dan sebelum menyampaikan piala itu kepada Dino. Kepala sekolah bertanya kepadanya ,

“ Dino , bisakah kamu memberitahukan kepada teman-temanmu, rahasia apa sehingga dino mampu bermain peran sebagus ini,?”

Kemudian Dinopun membeberkan rahasianya,

“ sebenarnya aku ingin berterimakasih kepada papa, karena dari beliaulah aku belajar , bagaimana menjadi orang yang pemarah. Sejak kecil papa selalu berteriak dan membentakku serta mengucapkan kata-kata kasar kepadaku dan kepada mama, jadi menjadi seorang pemarah , bukanlah peran yang sulit untuk aku mainkan, itulah rahasia saya.!”

Ayah dino yang semula berdiri dengan bangga, perlahan-lahan tertunduk, malu,menyesal dan sedih semua bercampur tidak karuan. Rasanya dia seperti seorang terdakwa yang harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Saat itu semua orang seolah menunjukkan kesalahannya sehingga tidak ada alas an baginya untuk membela diri. Ia harus membenahi apa yang perlu dia benahi di dalam dirinya.

“Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya,”

Anak-anak akan belajar menjadi pribadi yang serupa dengan orang-orang terdekat mereka.
Jika kita membesarkan anak-anak dengan teriakan dan kemarahan mereka akan bertumbuh menjadi anak yang pemarah dan pemberonyak
Jika kita membesarkan mereka dengan barang-barang curian,maka mereka akan menjadi pencuri dan perampok.

Sebagaimana cermin , merefleksikan bayangan dari apa yang ada di depannya, demikianlah anak-anak akan mencerminkan perilaku orang tuanya.

Jangan kesal dan marah atas beberapa kebiasaan buruk pada anak-anak kita, karena mungkin sekali kebiasaan itu adalah duplikat kebiasaan kita.
Kita tidak akan pernah memecahkan Cermin karena wajah buruk yang tampak disana, satu-satunya yang kita lakukan adalah memoles wajah itu, sehingga apa yang terlihat di cermin adalah bayangan yang cantik.

Benahilah kelakuan dan kebiasaan kita, jika kita menginginkan anak-anak kita baik, sebab dari kitalah mereka belajar.
Jika kita melihat anak-anak yang manis perilaku dan kebiasaannya, berbanggalah kita karena kita telah menjadi panutan bagi mereka.

Melalui tingkah laku , mereka akan member tahukan ke orang lain bagaimana kehidupan orangtua mereka sesungguhnya.


“ Memberi teladan yang baik pada anak-anak merupakan salah satu cara menghargai diri sendiri

3 Macam Guru

ADA 3 JENIS GURU, ANDA TERMASUK YANG MANA? oleh: Munif Chatib

Dalam minggu ini penulis banyak menerima undangan berbicara dalam acara halal bihalal beberapa sekolah. Hampir kebanyakan yang hadir adalah semua pengurus yayasan, kepala sekolah dewan guru dan semua karyawan yang bekerja di sekolah tersebut. Seorang kawan yang kebetulan menjadi direktur di sebuah sekolah membisikkan sesuatu yang penting sebelum saya naik panggung.

“Pak Munif tolong beri motivasi dan semangat para guru ya agar mereka lebih baik lagi dalam bekerja”.

Memang sekolah sebagai institusi yang didalamnya wajib membutuhkan sentuhan manajemen sumber daya manusia, sebagai maqom manajemen yang tertinggi, guru adalah komponen yang maha penting.

Bahkan kualitas pendidikan bangsa ini banyak ditentukan oleh kualitas para gurunya. Guru adalah ‘bos in the class’. Guru adalah orang yang bertatap muka langsung dengan peserta didik. Artinya roda komunitas yang bernama sekolah sangat diwarnai oleh kinerja para gurunya.

Pentingnya peranan dan kualitas seorang guru berdampingan dengan banyaknya problematika yang dihadapi oleh para guru. Hal yang mendasar pada problem tersebut adalah ‘KEMAUAN’ untuk maju. Apabila kita percaya tidak ada siswa yang bodoh dengan multiple intelligences-nya masing-masing, maka kita juga harus percaya bahwa ‘tidak ada guru yang tidak becus mengajar’. Hanya saja kenyataan yang terjadi adalah keengganan guru untuk terus belajar dan bekerja dengan baik disebabkan oleh tidak adanya ‘KEMAUAN’ untuk belajar dan maju.

Saya sangat setuju dengan pernyataan seorang teman yang memimpin sebuah sekolah yang berkualitas. “Pak Munif tidak semua guru lho mau diberikan pelatihan. Jika seperti itu maka sebagus apapun materi dan kemasan dalam pelatihan itu, biasanya guru tidak akan berhasil mengambil manfaat dari pelatihan itu. Oleh sebab itu, saya merancang sebuah sesi pendaftaran kepada guru-guru saya yang ‘MAU’ ikut pelatihan dengan batasan waktu. Dari situ saja saya sudah tahu, mana guru yang ‘tertarik’ dan ‘tidak tertarik’.

Dua tahun yang lalu pemerintah memulai melaksanakan program sertifikasi guru. Program ini sebenarnya diawali dari sebuah hipotesa, bahwa guru yang professional dan berkualitas akan terwujud apabila kesejahteraannya mencukupi. Sebaliknya jangan harap seorang guru akan professional, jika kesejahteraannya tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari.

Beberapa bulan yang lalu, ternyata hipotesa itu terjawab. Dari data statistik yang dianalisa oleh teman-teman asesor menyebutkan bahwa para guru penerima tunjangan profesi yang cukup besar, ternyata belum menunjukkan kemajuan kualitas dalam proses mengajarnya. Mereka tidak berubah, mengajar biasa-biasa saja. Meskipun mereka sudah menerima tunjangan profesi sebagaimana yang diharapkan pemerintah untuk menjadi guru yang professional dengan berbagai kriteria yang sudah ditentukan dalam proses sertifikasi guru.

Jadi menurut penulis ada hipotesa baru, yaitu ‘besarnya penghasilan guru belum tentu menjadi penyebab berkembangnya kualitas guru dalam bekerja’.

Dilihat dari faktor ‘KEMAUAN’ untuk maju, maka ada 3 jenis guru.

Pertama, ‘GURU ROBOT’, yaitu guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka hanya masuk, mengajar, lalu pulang. Mereka yang peduli kepada beban materi yang harus disampaikan kepada siswa. Mereka tidak mempunyai kepedulian terhadap kesulitan siswa dalam menerima materi. Apalagi kepedulian terhadap masalah sesama guru dan sekolah pada umumnya. Mereka tidak peduli dan mirip robot yang selalu menjalankan perintah berdasarkan apa saja yang sudah di programkan. Guru jenis ini banyak sekali menggunakan ungkapan seperti ini.

“Wah …itu bukan masalahku…itu masalah kamu. Jadi selesaikan sendiri ….” Atau

“Maaf aku tidak dapat membantu … sebab hal ini bukan tugas saya…”.

Kedua, ‘GURU MATERIALIS’, yaitu guru yang selalu melakukan hitung-hitungan, mirip dengan aktivitas bisnis jual beli atau yang lainnya. Parahnya yang dijadikan patokannya adalah ‘HAK’ yang mereka terima. Barulah ‘KEWAJIBAN’ mereka akan dilaksanakan sebesar tergantung dari HAK yang mereka terima. Guru ini pada awalnya merasa professional, namun akhirnya akan terjebak dalam ‘KESOMBONGAN’ dalam bekerja. Sehingga tidak terlihat ‘benefiditasnya’ dalam bekerja. Ungkapan-ungkapan yang banyak kita dengan dari guru jenis ini antara lain:

“Cuma digaji sekian saja … kok mengharapkan saya total dalam mengajar… jangan harap ya …”.

“Percuma mau kreatif, orang penghasilan yang diberikan kepada saya hanya cukup untuk biaya transport…”.

“Kalau mengharapkan saya bekerja baik, ya turuti dong permintaan gaji saya sebesar …..”.

Dan seterusnya …

Ketiga, ‘GURUNYA MANUSIA’, yaitu guru yang mempunyai keikhlasan dalam hal mengajar dan belajar. Guru yang mempunyai keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah membuat para siswanya berhasil memahami materi-materi yang diajarkan. Guru yang ikhlas untuk introspeksi apabila ada siswanya yang tidak bisa memahami materi ajar. Guru yang berusaha meluangkan waktu untuk belajar. Sebab mereka sadar, profesi guru adalah makhluk yang tidak boleh berhenti untuk belajar. Guru yang keinginannya kuat dan serius ketika mengikuti pelatihan dan mengembangan.

GURUNYA MANUSIA , juga manusia yang membutuhkan ‘penghasilan’ untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bedanya dengan GURU MATERIALIS, GURUNYA MANUSIA menempatkan penghasilan sebagai AKIBAT yang akan didapat dengan menjalankan kewajibannya. Yaitu Keikhlasan mengajar dan belajar.

Sudah banyak contoh yang mana rizki seorang guru tiba-tiba diguyur oleh Allah SWT dari pintu yang tidak terduga, atau dari akibat guru tersebut terus menerus belajar.

Ada teman guru yang mendapatkan kesempatan ‘belajar’ di luar negeri sebab mempunyai prestasi dalam membuat lessonplan. Ada teman guru mendapatkan rizki sebab dengan tekun menulis buku ajar untuk siswa di sekolah tempat dia bekerja. Ada teman guru yang menulis kisah-kisah yang unik yang dialami di kelas pada saat dia belajar. Ada teman guru yang sekarang menjadi ‘bintang’ banyak sekali dibutuhkan pemikiran-pemikirannya untuk banyak guru di Indonesia, dan lain-lain.

Walhasil, Allah tidak hanya Maha Mendengar saja. tapi Ia juga Maha Melihat dan Maha Mengetahui apa yang dinginkan oleh hamba-Nya yang bertawakkal.

Sekarang … tundukkan wajah sejenak. Ambil nafas … lakukan instropeksi. Anda termasuk guru jenis yang mana?

Sumber
http://munifchatib.wordpress.com/2009/10/05/ada-3-jenis-guru-anda-termasuk-yang-mana/

Jumat, 14 Mei 2010

Akhlaq anak

Penyusun: Ummu Aufa
Muroja’ah: Ust. Subhan Khadafi, Lc.



Anak adalah buah hati setiap orang tua, dambaan disetiap keinginan orang tua serta penyejuk hati bagi keletihan jiwa orang tua. Anak tidak lahir begitu saja, anak terlahir dari buah cinta sepasang hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang merupakan amanat wajib untuk dijaga, diasuh dan dirawat dengan baik oleh orangtua.

Karena setiap amanat akan dimintai pertanggungjawaban sebagaimana hadist sahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibnu Umar yang berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga dan akan dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya, dan wanita adalah penanggung jawab terhadap rumah suaminya dan akan dimintai tanggungjawabnya serta pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Pertanggung jawaban orang tua tersebut baik di dunia ataupun di akherat, namun tatkala anak sudah baligh maka mereka bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Salah satu contoh dari pertanggung jawaban tersebut adalah dengan memelihara diri dan keluarga dari api neraka:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)

Dan hal ini dapat diwujudkan dengan memberi pendidikan kepada anak dengan pendidikan yang baik sesuai Al Qur’an dan As sunnah sebagai bekal perjalanan di dunia maupun di akherat. Sebagaimana perkataan Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu, “Didiklah anakmu karena kamu akan ditanya tentang tanggungjawabmu, apakah sudah kamu ajari anakmu, apakah sudah kamu didik anakmu dan kamu akan ditanya kebaikanmu kepadanya dan ketaatan anakmu kepadamu.”

Pendidikan tersebut banyak cabangnya satu diantaranya adalah pendidikan akhlak, akhlak anak yang baik dapat menyenangkan hati orang lain baik orangtua atau orang-orang di lingkungan. Bahkan akhlak yang sesederhana sekalipun misalnya memberikan wajah berseri saat bertemu dengan saudara muslim yang lain.

Disamping ikhtiar dengan pendidikan akhlak yang bagus hendaknya orangtua selalu mendo’akan anak-anaknya agar mereka tumbuh dengan naungan kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala pula. Karena doa orangtua atas anaknya termasuk doa yang mustajab.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Ada tiga doa yang mustajab dan tidak diragukan, doa orang yang teraniaya, doa orang yang sedang bepergian dan doa orangtua atas anaknya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dihasankan oleh syaikh Al Albani dalam Shohih dan Dho’if Sunan Abu Daud hadist no. 1536)

Sebagaimana para nabi dan rosul dahulu yang selalu berdo’a kepada Allah untuk kebaikan anak cucu mereka.

Do’a Nabi Zakaria ‘alaihissalam sebagaimana firman Allah:

“Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha pendengar doa.” (QS. Ali Imran: 38)

Doa Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimussalam: “Ya Rabb kami jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anakcucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau.” (QS. Al Baqoroh: 128)

Sungguh islam adalah agama yang sempurna hingga pendidikan anakpun diperhatikan dengan serius. Namun sangat disayangkan orangtua zaman sekarang jarang memperhatikan pendidikan akhlak bagi buah hatinya lantaran kesibukan mereka atau kejahilan (ketidakmengertian) mereka. Prinsip yang mereka pegang adalah Membahagiakan anak. Namun kebahagiaan yang semacam apa yang ingin diwujudkan oleh sebagian para orangtua tersebut?! Ada yang berpendapat bahagia tatkala anaknya bisa mendapatkan sekolah yang favorit dan menjadi bintang kelas, orang yang berpendapat seperti ini maka akan menggebu-gebu untuk mencarikan tempat les dimana-mana, hingga lupa menyisakan waktu untuk mengenalkan islam kepadanya. Adalagi pendapat bahwa kebahagiaan adalah tatkala si anak tidak kekurangan apapun didunia, orangtua tipe ini akan berambisi untuk mencari materi dan materi untuk memuaskan si anak tanpa disertai pendidikan akhlak bagaimana cara mengatur serta memanfaatkan harta yang baik. Dan ada pula sebagian yang lain bahwa kebahagiaan adalah buah dari keimanan kepada Allah dengan bentuk ketenangan dalam hati; bersabar tatkala mendapat musibah dan bersyukur tatkala mendapatkan nikmat. Namun jarang ditemukan orangtua yang sependapat dengan tipe ketiga ini. Kebanyakan diantara mereka sependapat dengan tipe 1 dan 2. Dan tatkala mereka tiada, mereka akan berlomba-lomba untuk mewasiatkan harta ini dan itu, padahal telah dicontohkan oleh lukman mengenai wasiat yang terbaik. Bukan sekedar harta atau perhiasan dunia melainkan sesuatu hal yang lebih berharga dari keduanya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman melalui lisan lukman:

“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar.’ Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orangtua ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah yang bertambah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaKu dan kepada ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya didunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu, kemudian hanya kepadaKu-lah kembalimu, maka kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Lukman berkata), ‘Hai anakku sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau dilangit atau didalam bumi niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjaln dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.’” (QS. Luqman: 13-19)

Tatkala anak tumbuh menjadi anak pembangkang, suka membantah kepada orangtua bahkan durhaka kepada orangtua, banyak diantara orangtua yang menyalahkan si anak, salah bergaullah, tidak bermorallah atau alasan-alasan yang lain. Bukan… bukan lantaran karena anak salah bergaul saja, si anak menjadi seperti itu namun hendaknya orangtua mawas diri terhadap pendidikan akhlak si anak. Sudahkah dibina sejak kecil? Sudahkah dia diajari untuk memilih lingkungan yang baik? Sudahkah dia tahu cara berbakti kepada orangtua? Atau sudahkah si anak tahu bagaimana beretika dalam kehidupan sehari-hari dari bangun tidur hingga tidur kembali? Jika jawabannya belum, maka pantaslah jika orangtua menuai dari buah yang telah mereka tanam sendiri. Seperti perkataan Ibnul Qoyyim rahimahullah,

“Hendaknya anak dijauhkan dari berlebihan dalam makanan, berbicara, tidur dan berbaur dengan perbuatan dosa, sebab kerugian akan didapat dari hal-hal itu dan menjadi penyebab hilangnya kebaikan dunia dan akhirat. Anak harus dijauhkan dari bahaya syahwat perut dan kemaluan sebab jika anak sudah dipengaruhi oleh kotoran syahwat maka akan rusak dan hancur. Berapa anak tercinta menjadi rusak akibat keteledoran dalam pendidikan dan pembinaan bahkan orangtua membantu mereka terjerat dalam syahwat dengan anggapan hal itu sebagai ungkapan perhatian dan rasa kasih sayang kepada anak padahal sejatinya telah menghinakan dan membinasakan anak sehingga orangtua tidak mengambil manfaat daria anak dan tidak meraih keuntungan dari anak baik didunia maupun diakhirat. Apabila engkau perhatikan dengan seksama maka kebanyakan anak rusak berpangkal dari orangtua.”

Mungkin saat si anak masih kecil belum akan terasa dampak dari arti pentingnya akhlak bagi orangtua namun saat dewasa kelak maka akan sangat terasa bahkan sangat menyakitkan bagi kedua orangtua. Dan perlu ditekankan bahwa akhlak yang baik dari seorang anak adalah harta yang lebih berharga daripada sekedar harta yang kini sedang para orangtua obsesikan.

Sebelum terlambat mulailah saat ini menanamkan akhlak tersebut, dari hal yang sederhana:

1. Dengan memberi contoh mengucapkan salam.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Dan maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu jika kalian mengerjakannya maka kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam diantara kalian.” (HR. Muslim)

2. Memperhatikan etika dalam makan.

Dari umar bin Abu Salamah radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda kepadaku,

“Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah dari makanan yang paling dekat denganmu.” (Muttafaqun ‘alaih)

3. Mengajarkan rasa kebersamaan dengan saudara muslim yang lain, misalnya dengan menjenguk orang sakit.

Dari Abu Hurairoh radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima; menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, menghadiri undangan dan mendoakan orang yang bersin.” (Muttafaqun ‘alaihi)

4. Mengajarkan kejujuran.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

“Peganglah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan menunjukan kepada surga. Seseorang selalu jujur dan memelihara kejujuran hingga tercatat di sisi Allah termasuk orang yang jujur. Dan hindarilah dusta karena kedustaan menunjukkan kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan kepada neraka. Seseorang selalu berdusta dan terbiasa berbuat dusta hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim)

Akhlak yang baik dari seorang anak akan melahirkan generasi yang baik pula, generasi pemuda yang taat kepada Allah, berbakti kepada kedua orangtua dan memperhatikan hak-hak bagi saudara muslim yang lain. Wallohu a’lam bishowab.

Maraji’:
Begini Seharusnya Mendidik Anak -Panduan Mendidik Anak Sejak Masa Kandungan Hingga Dewasa-, karya Al Maghribi bin As Said Al Maghribi
Penyusun: Ummu Aufa
Muroja’ah: Ust. Subhan Khadafi, Lc.



Anak adalah buah hati setiap orang tua, dambaan disetiap keinginan orang tua serta penyejuk hati bagi keletihan jiwa orang tua. Anak tidak lahir begitu saja, anak terlahir dari buah cinta sepasang hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang merupakan amanat wajib untuk dijaga, diasuh dan dirawat dengan baik oleh orangtua.

Karena setiap amanat akan dimintai pertanggungjawaban sebagaimana hadist sahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibnu Umar yang berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga dan akan dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya, dan wanita adalah penanggung jawab terhadap rumah suaminya dan akan dimintai tanggungjawabnya serta pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Pertanggung jawaban orang tua tersebut baik di dunia ataupun di akherat, namun tatkala anak sudah baligh maka mereka bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Salah satu contoh dari pertanggung jawaban tersebut adalah dengan memelihara diri dan keluarga dari api neraka:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)

Dan hal ini dapat diwujudkan dengan memberi pendidikan kepada anak dengan pendidikan yang baik sesuai Al Qur’an dan As sunnah sebagai bekal perjalanan di dunia maupun di akherat. Sebagaimana perkataan Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu, “Didiklah anakmu karena kamu akan ditanya tentang tanggungjawabmu, apakah sudah kamu ajari anakmu, apakah sudah kamu didik anakmu dan kamu akan ditanya kebaikanmu kepadanya dan ketaatan anakmu kepadamu.”

Pendidikan tersebut banyak cabangnya satu diantaranya adalah pendidikan akhlak, akhlak anak yang baik dapat menyenangkan hati orang lain baik orangtua atau orang-orang di lingkungan. Bahkan akhlak yang sesederhana sekalipun misalnya memberikan wajah berseri saat bertemu dengan saudara muslim yang lain.

Disamping ikhtiar dengan pendidikan akhlak yang bagus hendaknya orangtua selalu mendo’akan anak-anaknya agar mereka tumbuh dengan naungan kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala pula. Karena doa orangtua atas anaknya termasuk doa yang mustajab.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Ada tiga doa yang mustajab dan tidak diragukan, doa orang yang teraniaya, doa orang yang sedang bepergian dan doa orangtua atas anaknya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dihasankan oleh syaikh Al Albani dalam Shohih dan Dho’if Sunan Abu Daud hadist no. 1536)

Sebagaimana para nabi dan rosul dahulu yang selalu berdo’a kepada Allah untuk kebaikan anak cucu mereka.

Do’a Nabi Zakaria ‘alaihissalam sebagaimana firman Allah:

“Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha pendengar doa.” (QS. Ali Imran: 38)

Doa Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimussalam: “Ya Rabb kami jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anakcucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau.” (QS. Al Baqoroh: 128)

Sungguh islam adalah agama yang sempurna hingga pendidikan anakpun diperhatikan dengan serius. Namun sangat disayangkan orangtua zaman sekarang jarang memperhatikan pendidikan akhlak bagi buah hatinya lantaran kesibukan mereka atau kejahilan (ketidakmengertian) mereka. Prinsip yang mereka pegang adalah Membahagiakan anak. Namun kebahagiaan yang semacam apa yang ingin diwujudkan oleh sebagian para orangtua tersebut?! Ada yang berpendapat bahagia tatkala anaknya bisa mendapatkan sekolah yang favorit dan menjadi bintang kelas, orang yang berpendapat seperti ini maka akan menggebu-gebu untuk mencarikan tempat les dimana-mana, hingga lupa menyisakan waktu untuk mengenalkan islam kepadanya. Adalagi pendapat bahwa kebahagiaan adalah tatkala si anak tidak kekurangan apapun didunia, orangtua tipe ini akan berambisi untuk mencari materi dan materi untuk memuaskan si anak tanpa disertai pendidikan akhlak bagaimana cara mengatur serta memanfaatkan harta yang baik. Dan ada pula sebagian yang lain bahwa kebahagiaan adalah buah dari keimanan kepada Allah dengan bentuk ketenangan dalam hati; bersabar tatkala mendapat musibah dan bersyukur tatkala mendapatkan nikmat. Namun jarang ditemukan orangtua yang sependapat dengan tipe ketiga ini. Kebanyakan diantara mereka sependapat dengan tipe 1 dan 2. Dan tatkala mereka tiada, mereka akan berlomba-lomba untuk mewasiatkan harta ini dan itu, padahal telah dicontohkan oleh lukman mengenai wasiat yang terbaik. Bukan sekedar harta atau perhiasan dunia melainkan sesuatu hal yang lebih berharga dari keduanya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman melalui lisan lukman:

“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar.’ Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orangtua ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah yang bertambah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaKu dan kepada ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya didunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu, kemudian hanya kepadaKu-lah kembalimu, maka kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Lukman berkata), ‘Hai anakku sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau dilangit atau didalam bumi niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjaln dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.’” (QS. Luqman: 13-19)

Tatkala anak tumbuh menjadi anak pembangkang, suka membantah kepada orangtua bahkan durhaka kepada orangtua, banyak diantara orangtua yang menyalahkan si anak, salah bergaullah, tidak bermorallah atau alasan-alasan yang lain. Bukan… bukan lantaran karena anak salah bergaul saja, si anak menjadi seperti itu namun hendaknya orangtua mawas diri terhadap pendidikan akhlak si anak. Sudahkah dibina sejak kecil? Sudahkah dia diajari untuk memilih lingkungan yang baik? Sudahkah dia tahu cara berbakti kepada orangtua? Atau sudahkah si anak tahu bagaimana beretika dalam kehidupan sehari-hari dari bangun tidur hingga tidur kembali? Jika jawabannya belum, maka pantaslah jika orangtua menuai dari buah yang telah mereka tanam sendiri. Seperti perkataan Ibnul Qoyyim rahimahullah,

“Hendaknya anak dijauhkan dari berlebihan dalam makanan, berbicara, tidur dan berbaur dengan perbuatan dosa, sebab kerugian akan didapat dari hal-hal itu dan menjadi penyebab hilangnya kebaikan dunia dan akhirat. Anak harus dijauhkan dari bahaya syahwat perut dan kemaluan sebab jika anak sudah dipengaruhi oleh kotoran syahwat maka akan rusak dan hancur. Berapa anak tercinta menjadi rusak akibat keteledoran dalam pendidikan dan pembinaan bahkan orangtua membantu mereka terjerat dalam syahwat dengan anggapan hal itu sebagai ungkapan perhatian dan rasa kasih sayang kepada anak padahal sejatinya telah menghinakan dan membinasakan anak sehingga orangtua tidak mengambil manfaat daria anak dan tidak meraih keuntungan dari anak baik didunia maupun diakhirat. Apabila engkau perhatikan dengan seksama maka kebanyakan anak rusak berpangkal dari orangtua.”

Mungkin saat si anak masih kecil belum akan terasa dampak dari arti pentingnya akhlak bagi orangtua namun saat dewasa kelak maka akan sangat terasa bahkan sangat menyakitkan bagi kedua orangtua. Dan perlu ditekankan bahwa akhlak yang baik dari seorang anak adalah harta yang lebih berharga daripada sekedar harta yang kini sedang para orangtua obsesikan.

Sebelum terlambat mulailah saat ini menanamkan akhlak tersebut, dari hal yang sederhana:

1. Dengan memberi contoh mengucapkan salam.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Dan maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu jika kalian mengerjakannya maka kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam diantara kalian.” (HR. Muslim)

2. Memperhatikan etika dalam makan.

Dari umar bin Abu Salamah radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda kepadaku,

“Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah dari makanan yang paling dekat denganmu.” (Muttafaqun ‘alaih)

3. Mengajarkan rasa kebersamaan dengan saudara muslim yang lain, misalnya dengan menjenguk orang sakit.

Dari Abu Hurairoh radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima; menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, menghadiri undangan dan mendoakan orang yang bersin.” (Muttafaqun ‘alaihi)

4. Mengajarkan kejujuran.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

“Peganglah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan menunjukan kepada surga. Seseorang selalu jujur dan memelihara kejujuran hingga tercatat di sisi Allah termasuk orang yang jujur. Dan hindarilah dusta karena kedustaan menunjukkan kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan kepada neraka. Seseorang selalu berdusta dan terbiasa berbuat dusta hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim)

Akhlak yang baik dari seorang anak akan melahirkan generasi yang baik pula, generasi pemuda yang taat kepada Allah, berbakti kepada kedua orangtua dan memperhatikan hak-hak bagi saudara muslim yang lain. Wallohu a’lam bishowab.

Maraji’:
Begini Seharusnya Mendidik Anak -Panduan Mendidik Anak Sejak Masa Kandungan Hingga Dewasa-, karya Al Maghribi bin As Said Al Maghribi

Anak Agresif

Faktor Penyebab Anak Berperilaku Agresif

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat (dalam Masykouri, 2005: 12.7) sekitar 5-10% anak usia sekolah menunjukan perilaku agresif. Secara umum, anak laki-laki lebih banyak menampilkan perilaku agresif, dibandingkan anak perempuan. Menurut penelitian, perbandingannya 5 berbanding 1, artinya jumlah anak laki-laki yang melakukan perilaku agresif kira-kira 5 kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan.

Lebih lanjut Masykouri menejelaskan, penyebab perilaku agresif diindikasikan oleh empat faktor utama yaitu gangguan biologis dan penyakit, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan pengaruh budaya negatif. Faktor-faktor penyebab ini sifatnya kompleks dan tidak mungkin hanya satu faktor saja yang menjadi penyebab timbulnya perilaku agresif.

Keempat faktor penyebab tersebut seperti berikut:

A. Faktor Biologis

Emosi dan perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor genetic, neurologist atau faktor biokimia, juga kombinasi dari faktor ketiganya. yang jelas, ada hubungan antara tubuh dan perilaku, sehingga sangat beralasan untuk mencari penyebab biologis dari gangguan perilaku atau emosional. misalnya, ketergantungan ibu pada alcohol ketika janin masih dalam kandungan dapat menyebAnak berkebutuhan khususan berbagai gangguan termasuk emosi dan perilaku. Ayah yang peminum alkohol menurut penelitaian juga beresiko tinggi menimbulkan perilaku agresif pada anak. Perilaku agresif dapat juga muncul pada anak yang orang tuanya penderita psikopat (gangguan kejiwaan).

Semua anak sebenarnya lahir dengan keadaan biologis tertentu yang menentukan gaya tingkah laku atau temperamennya, meskipun temperamen dapat berubah sesuai pengasuhan. Selain itu, penyakit kurang gizi, bahkan cedera otak, dapat menjadi penyebab timbulnya gangguan emosi atau tingkah laku.

B. Faktor Keluarga

Faktor keluarga yang dapat menyebAnak berkebutuhan khususan perilaku agresif dapat diidentifikasikan seperti berikut.

1. Pola asuh orang tua yang menerapkan disiplin dengan tidak konsisiten. Misalnya orang tua sering mengancam anak jika anak berani melakukan hal yang menyimpang. Tetapi ketika perilaku tersebut benar-benar dilakukan anak hukuman tersebut kadang diberikan kadang tidak, membuat anak bingung karena tidak ada standar yang jelas. hal ini memicu perilaku agresif pada anak. Ketidakonsistenan penerapan disiplin jika juga terjadi bila ada pertentangan pola asuh antara kedua orang tua, misalnya si Ibu kurang disiplin dan mudah melupakan perilaku anak yang menyimpang, sedang si ayah ingin memberikan hukuman yang keras.
2. Sikap permisif orang tua, yang biasanya berawal dari sikap orang tua yang merasa tidak dapat efektif untuk menghentikan perilaku menyimpang anaknya, sehingga cenderung membiarkan saja atau tidak mau tahu. Sikap permisif ini membuat perilaku agresif cenderung menetap.
3. Sikap yang keras dan penuh tuntutan, yaitu orang tua yang terbiasa menggunakan gaya instruksi agar anak melakukan atau tidak melakukan sesuatu, jarang memberikan kesempatan pada anak untuk berdiskusi atau berbicara akrab dalam suasana kekeluargaan. Dalam hal ini muncul hukum aksi-reaksi, semakin anak dituntut orang tua, semakin tinggi keinginan anak untuk memberontak dengan perilaku agresif.
4. Gagal memberikan hukuman yang tepat, sehingga hukuman justru menimbulkan sikap permusuhan anak pada orang tua dan meningkatkan sikap perilaku agresif anak.
5. Memberi hadiah pada perilaku agresif atau memberikan hukuman untuk perilaku prososial.
6. Kurang memonitor dimana anak-anak berada
7. Kurang memberikan aturan
8. Tingkat komunikasi verbal yang rendah
9. Gagal menjadi model yang
10. Ibu yang depresif yang mudah marah

C. Faktor Sekolah

Beberapa anak dapat mengalami masalah emosi atau perilaku sebelum mereka mulai masuk sekolah, sedangkan beberapa anak yang lainnya tampak mulai menunjukkan perilaku agresif ketika mulai bersekolah. Faktor sekolah yang berpengaruh antara lain: 1) teman sebaya, lingkungan sosial sekolah, 2) para guru, dan 3) disiplin sekolah.

1. Pengalaman bersekolah dan lingkungannya memiliki peranan penting dalam pembentukan perilaku agresif anak demikian juga temperamen teman sebaya dan kompetensi sosial
2. Guru-guru di sekolah sangat berperan dalam munculnya masalah emosi dan perilaku itu. Perilaku agresifitas guru dapat dijadikan model oleh anak.
3. Disiplin sekolah yang sangat kaku atau sangat longgar di lingkungan sekolah akan sangat membingungkan anak yang masih membutuhkan panduan untuk berperilaku. Lingkungan sekolah dianggap oleh anak sebagai lingkungan yang memperhatikan dirinya. Bentuk pehatian itu dapat berupa hukuman, kritikan ataupun sanjungan.

D. Faktor Budaya

Pengaruh budaya yang negatif mempengaruhi pikiran melalui penayangan kekerasan yang ditampilkan di media, terutama televisi dan film. Menurut Bandura (dalam Masykouri, 2005: 12.10) mengungkapkan beberapa akibat penayangan kekerasan di media, sebagai berikut.

1. Mengajari anak dengan tipe perilaku agresif dan ide umum bahwa segala masalah dapat diatasi dengan perilaku agresif.
2. Anda menyaksikan bahwa kekerasan bisa mematahkan rintangan terhadap kekerasan dan perilaku agresif, sehingga perilaku agresif tampak lumrah dan bisa diterima.
3. Menjadi tidak sensitif dan terbiasa dengan kekerasan dan penderitaan (menumpulkan empati dan kepekaan sosial).
4. Membentuk citra manusia tentang kenyataan dan cenderung menganggap dunia sebagai tempat yang tidak aman untuk hidup.

Akibat sering nonton salah satu kartun, dan film robot di beberapa stasiun TV, anak cenderung meniru tokoh tersebut dan selain itu juga meniru perilaku saudara sepupu teman sepermainannya. Terkadang orang tua melarang putra – putrinya untuk menonton film – film kartun dan film robot tersebut tentunya dengan memberikan penjelasan, tetapi belum membuahkan hasil yang maksimal.

Selain itu, faktor teman sebaya juga merupakan sumber yang paling mempengaruhi anak. Ini merupakan faktor yang paling mungkin terjadi ketika perilaku agresif dilakukan secara berkelompok. Ada teman yang mempengaruhi mereka agar melakukan tindakan-tindakan agresif terhadap anak lain. Biasanya ada ketua kelompok yang dianggap sebagai anak yang jagoan, sehingga perkataan dan kemauanya selalu diikuti oleh temannya yang lain. Faktor-faktor tersebut di atas sangat kompleks dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Tulisan Yang Berhubungan :
Faktor Penyebab Anak Berperilaku Agresif

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat (dalam Masykouri, 2005: 12.7) sekitar 5-10% anak usia sekolah menunjukan perilaku agresif. Secara umum, anak laki-laki lebih banyak menampilkan perilaku agresif, dibandingkan anak perempuan. Menurut penelitian, perbandingannya 5 berbanding 1, artinya jumlah anak laki-laki yang melakukan perilaku agresif kira-kira 5 kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan.

Lebih lanjut Masykouri menejelaskan, penyebab perilaku agresif diindikasikan oleh empat faktor utama yaitu gangguan biologis dan penyakit, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan pengaruh budaya negatif. Faktor-faktor penyebab ini sifatnya kompleks dan tidak mungkin hanya satu faktor saja yang menjadi penyebab timbulnya perilaku agresif.

Keempat faktor penyebab tersebut seperti berikut:

A. Faktor Biologis

Emosi dan perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor genetic, neurologist atau faktor biokimia, juga kombinasi dari faktor ketiganya. yang jelas, ada hubungan antara tubuh dan perilaku, sehingga sangat beralasan untuk mencari penyebab biologis dari gangguan perilaku atau emosional. misalnya, ketergantungan ibu pada alcohol ketika janin masih dalam kandungan dapat menyebAnak berkebutuhan khususan berbagai gangguan termasuk emosi dan perilaku. Ayah yang peminum alkohol menurut penelitaian juga beresiko tinggi menimbulkan perilaku agresif pada anak. Perilaku agresif dapat juga muncul pada anak yang orang tuanya penderita psikopat (gangguan kejiwaan).

Semua anak sebenarnya lahir dengan keadaan biologis tertentu yang menentukan gaya tingkah laku atau temperamennya, meskipun temperamen dapat berubah sesuai pengasuhan. Selain itu, penyakit kurang gizi, bahkan cedera otak, dapat menjadi penyebab timbulnya gangguan emosi atau tingkah laku.

B. Faktor Keluarga

Faktor keluarga yang dapat menyebAnak berkebutuhan khususan perilaku agresif dapat diidentifikasikan seperti berikut.

1. Pola asuh orang tua yang menerapkan disiplin dengan tidak konsisiten. Misalnya orang tua sering mengancam anak jika anak berani melakukan hal yang menyimpang. Tetapi ketika perilaku tersebut benar-benar dilakukan anak hukuman tersebut kadang diberikan kadang tidak, membuat anak bingung karena tidak ada standar yang jelas. hal ini memicu perilaku agresif pada anak. Ketidakonsistenan penerapan disiplin jika juga terjadi bila ada pertentangan pola asuh antara kedua orang tua, misalnya si Ibu kurang disiplin dan mudah melupakan perilaku anak yang menyimpang, sedang si ayah ingin memberikan hukuman yang keras.
2. Sikap permisif orang tua, yang biasanya berawal dari sikap orang tua yang merasa tidak dapat efektif untuk menghentikan perilaku menyimpang anaknya, sehingga cenderung membiarkan saja atau tidak mau tahu. Sikap permisif ini membuat perilaku agresif cenderung menetap.
3. Sikap yang keras dan penuh tuntutan, yaitu orang tua yang terbiasa menggunakan gaya instruksi agar anak melakukan atau tidak melakukan sesuatu, jarang memberikan kesempatan pada anak untuk berdiskusi atau berbicara akrab dalam suasana kekeluargaan. Dalam hal ini muncul hukum aksi-reaksi, semakin anak dituntut orang tua, semakin tinggi keinginan anak untuk memberontak dengan perilaku agresif.
4. Gagal memberikan hukuman yang tepat, sehingga hukuman justru menimbulkan sikap permusuhan anak pada orang tua dan meningkatkan sikap perilaku agresif anak.
5. Memberi hadiah pada perilaku agresif atau memberikan hukuman untuk perilaku prososial.
6. Kurang memonitor dimana anak-anak berada
7. Kurang memberikan aturan
8. Tingkat komunikasi verbal yang rendah
9. Gagal menjadi model yang
10. Ibu yang depresif yang mudah marah

C. Faktor Sekolah

Beberapa anak dapat mengalami masalah emosi atau perilaku sebelum mereka mulai masuk sekolah, sedangkan beberapa anak yang lainnya tampak mulai menunjukkan perilaku agresif ketika mulai bersekolah. Faktor sekolah yang berpengaruh antara lain: 1) teman sebaya, lingkungan sosial sekolah, 2) para guru, dan 3) disiplin sekolah.

1. Pengalaman bersekolah dan lingkungannya memiliki peranan penting dalam pembentukan perilaku agresif anak demikian juga temperamen teman sebaya dan kompetensi sosial
2. Guru-guru di sekolah sangat berperan dalam munculnya masalah emosi dan perilaku itu. Perilaku agresifitas guru dapat dijadikan model oleh anak.
3. Disiplin sekolah yang sangat kaku atau sangat longgar di lingkungan sekolah akan sangat membingungkan anak yang masih membutuhkan panduan untuk berperilaku. Lingkungan sekolah dianggap oleh anak sebagai lingkungan yang memperhatikan dirinya. Bentuk pehatian itu dapat berupa hukuman, kritikan ataupun sanjungan.

D. Faktor Budaya

Pengaruh budaya yang negatif mempengaruhi pikiran melalui penayangan kekerasan yang ditampilkan di media, terutama televisi dan film. Menurut Bandura (dalam Masykouri, 2005: 12.10) mengungkapkan beberapa akibat penayangan kekerasan di media, sebagai berikut.

1. Mengajari anak dengan tipe perilaku agresif dan ide umum bahwa segala masalah dapat diatasi dengan perilaku agresif.
2. Anda menyaksikan bahwa kekerasan bisa mematahkan rintangan terhadap kekerasan dan perilaku agresif, sehingga perilaku agresif tampak lumrah dan bisa diterima.
3. Menjadi tidak sensitif dan terbiasa dengan kekerasan dan penderitaan (menumpulkan empati dan kepekaan sosial).
4. Membentuk citra manusia tentang kenyataan dan cenderung menganggap dunia sebagai tempat yang tidak aman untuk hidup.

Akibat sering nonton salah satu kartun, dan film robot di beberapa stasiun TV, anak cenderung meniru tokoh tersebut dan selain itu juga meniru perilaku saudara sepupu teman sepermainannya. Terkadang orang tua melarang putra – putrinya untuk menonton film – film kartun dan film robot tersebut tentunya dengan memberikan penjelasan, tetapi belum membuahkan hasil yang maksimal.

Selain itu, faktor teman sebaya juga merupakan sumber yang paling mempengaruhi anak. Ini merupakan faktor yang paling mungkin terjadi ketika perilaku agresif dilakukan secara berkelompok. Ada teman yang mempengaruhi mereka agar melakukan tindakan-tindakan agresif terhadap anak lain. Biasanya ada ketua kelompok yang dianggap sebagai anak yang jagoan, sehingga perkataan dan kemauanya selalu diikuti oleh temannya yang lain. Faktor-faktor tersebut di atas sangat kompleks dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Tulisan Yang Berhubungan :

Anak susah konsen

Suatu hari seorang ibu bernama Ibu Nia (bukan nama sesungguhnya), berkonsultasi pada Ayah mengenai anaknya yang waktu itu di diteksi mengindap kelainan Attention Defisit Hiperactive Disorder (ADHD) atau yang lebih dikenal dengan Anak Hiperaktif dan sulit berkonsentrasi.

Selain itu Billy (bukan nama sesungguhnya) disekolah juga di anggap sebagai anak bermasalah, dan sering tidak mengikuti perintah gurunya. Badanyna kurus, kecil tapi ototnya kuat, Orang tuanya yang kebetulan juga berprofesi sebagai seorang Dokter merasa sangat tertekan dengan keadaan anaknya karena sering menjadi gunjingan para tetangga juga guru yang kerap memanggilnya kesekolah.

Maklum katanya; profesi Dokter di Indonesia tidak hanya sebagai profesi biasa melainkan sering kali dijadikan sebagai Figur keberhasilan mendidik anak di masyarakat. Begitu penuturannya pada Ayah.

Apakah Billy benar-benar anak bermasalah atau justru kita yang salah menilainya mari kita simak hasil penjelasan Ayah Edy yang dituangkan dalam laporan hasil analisis umum untuk Ibu Nia.

Nah apa bila ada diantara Anda yang memiliki putra-putri yang memiliki kasus atau permasalahan yang mirip mungkin laporan ini bisa juga dijadikan sebagai referensi pengetahuan yang baik bagi anda.

Berikut adalah cuplikan hasil analisis pokok Ayah mengenai Billy:


Tujuan Analisis
Selama ini kita sering mendapat masukan-masukan/pendapat yang membingungkan mengenai anak kita berkaitan dengan prilaku, kecerdasan dan pola asuh, baik yang berasal dari keluarga dekat, tetangga, rekan sepergaulan atau juga dari guru-guru disekolah. Ternyata makin bertambah bingung mana kala anak kita diminta baik wajib ataupun sunnah untuk mengikuti tes psikologi oleh sekolah. Mengapa...? karena sering kali hasilnya hanya penjelasan yang sangat umum tanpa pemahaman yang mendalam yang disertai tuntunan ke arah solusi.

Untuk itu disini kita akan memberikan sesuatu yang sedikit berbeda. Kita akan berusaha menyusun kerangka “buku Manual” yang sesuai dengan keunikan masing-masing anak secara spesifik. Dengan mengetahui cara atau pola asuh yang tepat maka kita akan bisa menggali, memupuk dan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak kita secara optimal tanpa adanya kebimbangan akibat dari masukan-masukan yang beragam.

Proses Analisis
Anak kita diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dengan dua unsur utama yaitu Fisik dan Psikologis. Sering kali kita para orang tua dan guru dalam mendidik hanya melihat dari unsur Fisiknya saja. Padahal seluruh potensi anak bersumber dari dalam Psikologis sedangkan Fisik merupakan manifestasi langsung dari apa yang tersimpan di dalam Psikologisnya.

Sisi Psikologis manusia berdasarkan pendekatan Teori Otak (Neuro Anatomy) terbagi kedalam 3 bagian/lapis besar yakni; Otak Naluri, Otak Rasa dan Otak Pikir. Apa bila kita ingin menggali potensi anak secara otomatis kita harus mengetahui prinsip kerja dan sifat dari ketiga bagian tersebut di atas.

Mari kita ketahui fungsi dan peran masing-masing otak tersebut (Reptil/Naluri, Rasa/Mamalia, Pikir/Neokorteks)

Otak Rasa berfungsi menciptakan sifat alamiah dasar yang berbeda-beda pada setiap anak yang akan menentukan reaksi dari perlakuan-perlakuan yang diterima apakah dia akan mengaktifkan unsur Naluri atau Pikirnya. Otak yang bersifat sensoris peristiwa.

Otak Naluri/Reptil berfungsi menciptakan Reaksi dasar yang bersifat refleks yang dimiliki setiap mahluk hidup baik tumbuhan, binatang dan manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan reaksi utama menyerang atau menhindar.

Otak Pikir adalah unsur tertinggi yang diberikan Tuhan YME hanya pada manusia untuk bisa berpikir tingkat tinggi atau yang dalam istilah pendidikan disebut sebagai Highly Order Thinking (HOT). Berfungsi untuk berpikir Kreatif dan Logis.

Dengan memahami secara mendalam ketiga unsur ini barulah kita bisa memahami bagaimana seorang anak secara unik Merasakan suatu, Bereaksi, Berpikir dan Bertindak. Maka terjawablah mengapa setiap anak memiliki prilaku yang berbeda, gaya yang berbeda dan sifat yang berbeda. Dari sinilah kita akan memulai pola asuh yang benar dan sesuai dengan tipologi masing-masing anak.

Hasil Analisis:

1. Tipologi Kepribadian
Berdasarkan analisis langsung, silang tertulis dan tatap muka, ditemukan bahwa Kepribadian Billy Sukmana adalah kombinasi Koleris (pemimpin) dan Sanguinis (Kreatif) dengan angka dominan di Koleris.

Secara umum anak yang berkepribadian koleris adalah orang yang cenderung berkemauan keras, dan agak temperamental. Hidupnya penuh energi bergerak yang tak habis-habis. Banyak sekali hal-hal positif yang menjadi keunggulannya seperti lincah dan cepat mempelajari/memahami sesuatu, memiliki jiwa pemimpin yang kuat, menyukai tantangan, selalu tertarik untuk mengetahui/mempelajari hal-hal baru.

Sebagai orang yang juga Sanguinis Billy juga sangat pandai berbahasa bahkan kemampuan bicaranya berada diatas rekan-rekan sebayanya. Dalam usianya yang relatif dini seorang anak sanguin bisa berdialog dengan orang dewasa dengan pemikiran-pemikiran yang hampir seperti layaknya orang dewasa. Kemampuan verbal yang dimiliki seringkali menjadikan dirinya lebih menonjol bila bersama dengan rekan-rekannya.

Akan tetapi sifat dominan yang ada pada Koleris dan Sanguin juga memiliki sisi yang kurang baik apa bila tidak diseimbangkan. Secara bawaan dasar orang yang Koleris cenderung sering sangat kaku, keras kepala dan ingin mengatur. Bahkan orang tua atau guru-gurunya berusaha dikendalikan oleh kemauannya dengan berbagai cara, Dalam banyak hal anak Koleris cenderung tidak pernah mau mengalah dan bahkan ingin selalu di prioritaskan. Koleris juga merupakan pribadi yang tidak sabaran dan cepat marah. Apa bila sedang marah maka cenderung destruktif dan menyakiti anak lainnya.

Sedang sifat bawaan dari Sanguin memberikan ciri-ciri kemauan yang seringkali/cepat berubah-ubah, terlalu banyak bicara yang sering kali mendominasi dan sulit berhenti.

Kombinasi Koleris dan Sanguin memiliki potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan menjadi calon-calon pimpinan diberbagai bidang karir yang dipilihnya.

Konflik terbesar antara Ibu Ibu Nia dan Billy adalah kombinasi kepribadian Sanguinis-Koleris (Billy) bertemu dengan Sanguinis-Flegmatis (Ibu Nia Natakusuma). Koleris yang lebih respek pada pola asuh yang sedikit bicara, tegas dan konsisten, sementara Ibu memiliki kecenderungan pola asuh yang lebih banyak bicara dan kurang bisa tegas serta tidak konsisten. Akibatnya Ibu akan kehilangan respek dari anak secara langsung, apa bila hal ini terus berlangsung dalam jangka panjang maka Billy akan lebih banyak melakukan “Control”/mendiktekan kehendaknya dalam berbagai hal.

2. Gaya Belajar
Alat sensori belajar manusia terbagi kedalam 3 bagian besar yaitu Mata (Visual), Telinga (Auditori) dan Perasa (Kinestetik).

Berdasarkan analisis mendalam dengan berbagai perbandingan kecerdasan dan pola kepribadian maka saya menemukan Billy memiliki tipologi gaya belajar yang dominan “Auditori” dengan berkombinasi dengan Kinestetik-Visual.


Mari kita lihat potret keseluruhan sang “Auditori”
Billy adalah tipe anak yang sangat verbal (suka berbicara/bercerita) dengan energi tubuh/gerak yang hampir tiada habisnya. Sebagian besar waktu pada masa kanak-kanaknya digunakan untuk bergerak dan berbicara apa saja. Bahkan pada saat tidak bicara tetap saja mengeluarkan suara bisik atau komat-kamit dari mulutnya.

Ia merupakan anak yang sangat pandai menirukan ucapan, oleh karenanya berhati-hatilah karena hampir setiap ucapan yang didengar ingin ditirukannya. Ciri khas lainnya adalah suka memimpin, memerintah atau menyuruh orang lain baik pada anak-anak ataupun pada orang yang lebih tua.

Sebagian besar tipe anak seperti ini suka menimbun dan mengkoleksi benda-benda kecil baik itu komik, kartu, koin atau apa saja yang menarik perhatiaannya.

Meskipun ia adalah seorang anak yang pandai dan cepat mengambil keputusan namun apa bila ia dihadapakan pada dua pilihan maka ia sering tampak ragu dan bingung untuk memilih. baginya ia lebih suka untuk mencobanya terlebih dulu satu persatu baru memutuskan untuk memilih yang mana, hal ini sering kali sepertinya bertele-tele dan menghamburkan waktu/biaya dan kerap membuat kita tidak sabar.

Ciri-ciri Berbahasa/Verbal
Anak Auditori memiliki kemampuan yang sangat unggul dalam berbicara dan menirukan kata/suara. Bahkan kosa kata dan pemahaman kalimat jauh diatas rata-rata rekan-rekan seusianya. Mereka sangat cepat merespon sebuah dialog ataupun pertanyaan yang diajukan kepadanya dan bahkan sebelum ditanya ia sering kali lebih dahulu bertanya atau menyela. Dan selalu ingin didengarkan meskipun terkadang dengan cara memaksa orang lain untuk mendengarkan ceritanya.

Sang auditori memiliki perasaan serta opini yang kuat terhadap sesuatu dan dia dapat mengungkapkan apa yang ada dikepalanya dengan mudah. Pada saat emosinya meningkat ia cenderung mengekspresikannya dengan berteriak atau membantah. Gerakan tangannya mengikuti apa yang diucapkan serta ketidak puasannya sering kali diungkapkan secara destruktif baik dengan memukul, melempar atau membanting. Pilihan kata-kata yang digunakan saat marah cenderung kasar yang sering kali dia dengar dari orang lain yang mungkin tanpa sengaja sedang marah/memaki.

Pada saat bertengkar ia hampir tidak pernah mau mengakui bersalah, dan bahkan cenderung untuk mencari orang/pihak lain yang dipersalahkan (kambing hitam).

Ciri-ciri Fisik/Kinestetik
Anak Auditori cenderung memiliki tubuh yang ramping/agak kurus, namun demikian walaupun kurus tubuhnya keras. Hal ini disebabkan karena sifatnya yang selalu ingin bergerak kesana, kemari dan tidak pernah betah untuk diam. Dia hanya diam pada saat kelelahan dan biasanya digunakan untuk segera tidur.

Dia memiliki kelebihan untuk dapat cepat menguasai aktivitas fisik dan apa bila ia telah menguasai suatu gerakan maka apa yang dilakukannya adalah dengan mengajarkan pada teman-temannya melalui bicara atau malah mengkoreksi gerakan teman-temanya yang dianggap kurang pas.

Saat belajar disekolah (tradisional) dimana anak harus duduk diam dibelakang meja, merupakan saat-saat paling menyiksa baginya. Anak-anak ini menghendaki adanya kebebasan dalam bergerak terutama berbicara. Mereka ingin diberikan kebebasan untuk mengerjakan tugas-tugas sesuai yang di inginkannya. Ia membutuhkan sarana untuk mengekpresikan kemampuannya melalui forum diskusi, tanya jawab, serta menceritakan pengalamannya serta hal-hal verbal lainnya.

Ciri-ciri Visual

Pada saat menggambar atau melukis anak Auditori cenderung memiliki citra visual sederhana tetapi unik. Pada umumnya banyak yang mengalami kesulitan dalam menulis tangan, hasilnya cenderung agak terlihat morat-marit dan sulit terbaca, namun demikian ia akan tetap berkeras dengan gaya tulisan “indah” nya seindiri.

Anak Auditori biasanya malu melakukan kontak mata pada saat berdialog. Mereka sering memalingkan muka atau berkedip-kedip saat berbicara. Akan tetapi manakala ia sudah merasa nyaman maka ia cenderung untuk terus berbicara dan sulit terputus.

Berkaitan dengan kemampuan visualnya maka anak auditori sering kali bercerita tentang sesuatu yang berasal dari citra khyalnya semata, yang merupakan ekpresi kemampuan menggabungkan antara daya khayal dan berbahasa, namun sering kali orang menanggapi ceritanya sebagai sebuah kebohongan.

4. Memahami, Mendukung dan Pengarahkan Potensinya.
Untuk bisa berkomunikasi dengan orang Auditori seperti Billy, kita perlu mengetahui kebutuhan dasarnya yaitu Kebebasan berbicara, bergerak/berekspresi , dihargai ide-idenya, Diperhatikan, terutama didengarkan sambil ditanggapi saat dia bicara/bercerita dan diajak berdialog.

Apa bila kita mau mendengarkan cerita-ceritanya itu merupkan sebuah proses yang sangat membantu proses tumbuh kembang kecerdasannya. Meskipun sering kali dia akan memulai pembicaraan terlebih dahulu sebelum ditanya, tapi akan lebih baik apa bila kita juga suka untuk memulai bertanya. Karena sifat dominannya adalah bicara maka pertanyaan seperti “ Hari ini disekolah membahas atau membicarakan apa saja...?” akan lebih cocok dari pada pertanyaan seperti “ hari ini Billy melakukan apa saja disekolah..?” Namun demikian pada saat ibu Ibu Nia Natakusuma memulai pertanyaan ini yakinkan terlebih dahulu bahwa ibu telah siap secara lahir bathin untuk mendengarkan dan menanggapinya dengan penuh perhatian.

Yang unik dari anak dengan tipe ini adalah kecerdasaanya akan sangat terbangun apa bila dalam banyak hal ibu melakukan diskusi, tukar pikiran dari pada menceramahi dan mengajari seseuatu secara langsung. Ia akan benar-benar terbantu proses berfikirnya dan menikmati apa bila dalam banyak hal ia diajak bertukar pikiran atau pendapat. Salah satu keunggulannya adalah kemampuan memimpin, oleh karena itu dengan cara bertukar pikiran akan membantu kemampuan berpikirnya sekaligus kemampuan untuk mengambil keputusan berdasarkan pemahamamnya.

Dalam berdialog ia akan sangat suka bila mendapatkan perbendaharaan kata baru, dan jika dia tidak mengerti maka ia akan segera menanyakannya oleh karenanya jangan takut untuk menggunakan kata-kata yang biasa digunakan oleh orang dewasa seperti “berimaginasi, intimidasi, kolaborasi, persuasif dan sejenisnya. Apa bila ia mendapatkan kata baru sering kali saking senangnya akan diulang-ulang terus kata tersebut sampai melekat dipikirannya.

Dari sisi prilaku ada baiknya kita membantu mengajari tata krama berdasarkan prinsip yang tidak menghambat tumbuh kembang kecerdasannya. Karena pada umumnya anak dengan tipe ini sering meniru prilaku orang lain tanpa bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak patut. Jadi ibu sebagai orang tua mesti jeli melihat prilaku-prilaku kurang baik apa saja yang baru saja di tirunya. Ini harus segera di arahkan, karena bila terlambat dan sudah melekat akan diperlukan upaya lebih besar untuk merubahnya.

Secara naluriah otaknya lebih cepat menangkap dari apa yang dia dengar, oleh karenanya bantulah ia belajar melalui media-media suara, baik itu tape ataupun CD yang bersuara. Doronglah ia untuk belajar dengan merekam suaranya dan mendengar kembali dari tape, mencurahkan gagasannya melalui media tulisan atau menceritakan langsung.

Karena ia sangat peka suara maka seringkali ia bisa menilai anda dari nada suara yang anda keluarkan, apakah anda sedang sedih, marah, malas dsb. Jadi janganlah berpura-pura dengannya, katakan kondisi anda sesungguhnya dan buat janji kapan saatnya anda bisa mendengarkan atau berdialog dengannya dengan baik jika saat ini terasa tidak memungkinkan.

Musik merupakan salah satu media yang dapat mempengaruhi suasan hati anak auditori. Mendengarkan musik, bercerita atau menyanyikan lagu bersama bisa membangun ikatan batin yang lebih baik dan membuatnya merasa lebih nyaman. Sering kali ia akan memilih jenis musik yang ingin didengarkannya dan ini bisa merupakan petunjuk suasana hatinya pada saat itu.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ia dalah tipe anak pengatur akan tetapi ia juga sekaligus anak yang bisa dikendalikan melalui aturan. Oleh karena itu apa bila anda ingin mengendalikan prilakunya maka gunakanlah aturan/kesepakan namun ingat harus konsisten dan tegas. Jangan pernah sekalipun anda tidak konsisten, karena anak dengan tipe ini juga sekaligus menjadi penuntut dan pelanggar aturan yang tidak ditepati.

Energi tubuhnya sangat tinggi dan sering kali membuat kewalahan bagi para orang tua dan guru. Oleh karenanya salurkanlah energinya melalui kegiatan-kegiatan fisik yang bermanfaat baik bersifat olah raga maupun seni olah tubuh. Usahakan seluruh energinya tersalur pada hal-hal yang positif dan bermanfaat sehingga yang tersisa hanya waktu untuk beristirahat dan tidur.

Kemampuan Auditori-Kinestetik yang dominan menyebabkan segala keingintahuannya akan disalurkan melalui bertanya atau mencoba-coba sesuatu. Jadi bersabarlah untuk menanggapi pertanyaan yang datang bertubi-tubi, mendetil dan kadang mengulang-ulang. Selain itu juga kita harus waspada dan sigap karena keingintahuannya yang besar seringkali ia melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya secara fisik. Apa bila ini terjadi maka lakukan tindakan penyelamatan segera dan bahas kejadian tersebut pada saat anda berdua dalam keadaan nyaman, mintalah ia untuk tidak mengulangi lagi, bila perlu gunakan kesepakatan dan aturan, dari pada berteriak-menceramahi atau memarahinya saat kejadian. Karena yang terjadi sesungguhnya adalah bagian dari proses belajar yang bersumber dari ciri kinestetiknya. Biarkan syaraf-syaraf otaknya untuk tumbuh, selanjutnya cegah hal ini agar tidak terulang lagi.

Yang unik dari anak dengan tipe ini adalah sering di anggap cerdas karena kemampuannya untuk bisa mengekspresikan apa yang dirasakan dan dipikirkannya secara jelas dan benar akan tetapi juga sering dianggap sebagai anak yang kurang bisa berkonsentrasi karena ia memang tidak bisa belajar dengan duduk berlama-lama. Meskipun yang terjadi sesungguhnya walaupun dia bergerak dia tetap belajar, atau malah sebaliknya dia bergerak untuk mengganggu adalah karena cara belajar dengan bergerak yang dimilikinya tidak dapat tersalurkan hingga ia memang tidak bisa berpikir sebelum dia bisa melepaskan energi geraknya. Nah ini yang sering kali disalah tafsirkan sebagai anak iseng yang suka mengganggu atau si penggangu.

Sebagian anak dengan tipe ini ada yang mengalami kesulitan dengan menulis dan membaca. Apa bila ini terjadi maka cara membantunya adalah menggunakan kemampuan unggul di auditori yakni dengan rajin membacakan cerita secar berulang-ulang setelah ia hafal maka berhentilah pada satu frasa dan mintalah ia untuk mengucapkan kata yang hilang sampai perlahan-lahan kita minta untuk menuliskan lanjutannya. Doronglah ia selalu melakukan sambil terus mengucapkan apa yang akan ditulisnya, tapi ingat nuansanya harus sambil bermain dan santai.

Demikian hasil analisis ini disampaikan sebagai gambaran umum dari keunikan-keunikan yang dimiliki oleh Billy. Tentu saja hasil analisis ini tidak mampu mengupas sampai pada ketepatan 100% mengingat dalam beberapa kombinasi yang diteliti akan selalu muncul hal-hal lain yang uniknya bersifat spesifik pada masing-masing anak. Namun demikian melalui penjabaran ini orang tua akan memiliki panduan dasar bagaimana melihat putranya secara menyeluruh dan mengembankan melalui pengamatan-pengamatan yang lebih rinci

Sekali lagi yang jauh lebih mengetahui masing-masing anaknya secara rinci seharusnya adalah kita para orang tua dan saya dalam hal ini hanya membantu menemukan pokok-pokoknya sebagai landasan berpikir dan bertindak dalam menggali dan memupuk potensi anak kita lebih jauh lagi.

Apa bila ada hal-hal yang masih belum jelas dari penjabaran ini maka saya dengan senang hati untuk berdiskusi dengan Ibu Nia Natakusuma.


Suatu hari seorang ibu bernama Ibu Nia (bukan nama sesungguhnya), berkonsultasi pada Ayah mengenai anaknya yang waktu itu di diteksi mengindap kelainan Attention Defisit Hiperactive Disorder (ADHD) atau yang lebih dikenal dengan Anak Hiperaktif dan sulit berkonsentrasi.

Selain itu Billy (bukan nama sesungguhnya) disekolah juga di anggap sebagai anak bermasalah, dan sering tidak mengikuti perintah gurunya. Badanyna kurus, kecil tapi ototnya kuat, Orang tuanya yang kebetulan juga berprofesi sebagai seorang Dokter merasa sangat tertekan dengan keadaan anaknya karena sering menjadi gunjingan para tetangga juga guru yang kerap memanggilnya kesekolah.

Maklum katanya; profesi Dokter di Indonesia tidak hanya sebagai profesi biasa melainkan sering kali dijadikan sebagai Figur keberhasilan mendidik anak di masyarakat. Begitu penuturannya pada Ayah.

Apakah Billy benar-benar anak bermasalah atau justru kita yang salah menilainya mari kita simak hasil penjelasan Ayah Edy yang dituangkan dalam laporan hasil analisis umum untuk Ibu Nia.

Nah apa bila ada diantara Anda yang memiliki putra-putri yang memiliki kasus atau permasalahan yang mirip mungkin laporan ini bisa juga dijadikan sebagai referensi pengetahuan yang baik bagi anda.

Berikut adalah cuplikan hasil analisis pokok Ayah mengenai Billy:


Tujuan Analisis
Selama ini kita sering mendapat masukan-masukan/pendapat yang membingungkan mengenai anak kita berkaitan dengan prilaku, kecerdasan dan pola asuh, baik yang berasal dari keluarga dekat, tetangga, rekan sepergaulan atau juga dari guru-guru disekolah. Ternyata makin bertambah bingung mana kala anak kita diminta baik wajib ataupun sunnah untuk mengikuti tes psikologi oleh sekolah. Mengapa...? karena sering kali hasilnya hanya penjelasan yang sangat umum tanpa pemahaman yang mendalam yang disertai tuntunan ke arah solusi.

Untuk itu disini kita akan memberikan sesuatu yang sedikit berbeda. Kita akan berusaha menyusun kerangka “buku Manual” yang sesuai dengan keunikan masing-masing anak secara spesifik. Dengan mengetahui cara atau pola asuh yang tepat maka kita akan bisa menggali, memupuk dan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak kita secara optimal tanpa adanya kebimbangan akibat dari masukan-masukan yang beragam.

Proses Analisis
Anak kita diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dengan dua unsur utama yaitu Fisik dan Psikologis. Sering kali kita para orang tua dan guru dalam mendidik hanya melihat dari unsur Fisiknya saja. Padahal seluruh potensi anak bersumber dari dalam Psikologis sedangkan Fisik merupakan manifestasi langsung dari apa yang tersimpan di dalam Psikologisnya.

Sisi Psikologis manusia berdasarkan pendekatan Teori Otak (Neuro Anatomy) terbagi kedalam 3 bagian/lapis besar yakni; Otak Naluri, Otak Rasa dan Otak Pikir. Apa bila kita ingin menggali potensi anak secara otomatis kita harus mengetahui prinsip kerja dan sifat dari ketiga bagian tersebut di atas.

Mari kita ketahui fungsi dan peran masing-masing otak tersebut (Reptil/Naluri, Rasa/Mamalia, Pikir/Neokorteks)

Otak Rasa berfungsi menciptakan sifat alamiah dasar yang berbeda-beda pada setiap anak yang akan menentukan reaksi dari perlakuan-perlakuan yang diterima apakah dia akan mengaktifkan unsur Naluri atau Pikirnya. Otak yang bersifat sensoris peristiwa.

Otak Naluri/Reptil berfungsi menciptakan Reaksi dasar yang bersifat refleks yang dimiliki setiap mahluk hidup baik tumbuhan, binatang dan manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan reaksi utama menyerang atau menhindar.

Otak Pikir adalah unsur tertinggi yang diberikan Tuhan YME hanya pada manusia untuk bisa berpikir tingkat tinggi atau yang dalam istilah pendidikan disebut sebagai Highly Order Thinking (HOT). Berfungsi untuk berpikir Kreatif dan Logis.

Dengan memahami secara mendalam ketiga unsur ini barulah kita bisa memahami bagaimana seorang anak secara unik Merasakan suatu, Bereaksi, Berpikir dan Bertindak. Maka terjawablah mengapa setiap anak memiliki prilaku yang berbeda, gaya yang berbeda dan sifat yang berbeda. Dari sinilah kita akan memulai pola asuh yang benar dan sesuai dengan tipologi masing-masing anak.

Hasil Analisis:

1. Tipologi Kepribadian
Berdasarkan analisis langsung, silang tertulis dan tatap muka, ditemukan bahwa Kepribadian Billy Sukmana adalah kombinasi Koleris (pemimpin) dan Sanguinis (Kreatif) dengan angka dominan di Koleris.

Secara umum anak yang berkepribadian koleris adalah orang yang cenderung berkemauan keras, dan agak temperamental. Hidupnya penuh energi bergerak yang tak habis-habis. Banyak sekali hal-hal positif yang menjadi keunggulannya seperti lincah dan cepat mempelajari/memahami sesuatu, memiliki jiwa pemimpin yang kuat, menyukai tantangan, selalu tertarik untuk mengetahui/mempelajari hal-hal baru.

Sebagai orang yang juga Sanguinis Billy juga sangat pandai berbahasa bahkan kemampuan bicaranya berada diatas rekan-rekan sebayanya. Dalam usianya yang relatif dini seorang anak sanguin bisa berdialog dengan orang dewasa dengan pemikiran-pemikiran yang hampir seperti layaknya orang dewasa. Kemampuan verbal yang dimiliki seringkali menjadikan dirinya lebih menonjol bila bersama dengan rekan-rekannya.

Akan tetapi sifat dominan yang ada pada Koleris dan Sanguin juga memiliki sisi yang kurang baik apa bila tidak diseimbangkan. Secara bawaan dasar orang yang Koleris cenderung sering sangat kaku, keras kepala dan ingin mengatur. Bahkan orang tua atau guru-gurunya berusaha dikendalikan oleh kemauannya dengan berbagai cara, Dalam banyak hal anak Koleris cenderung tidak pernah mau mengalah dan bahkan ingin selalu di prioritaskan. Koleris juga merupakan pribadi yang tidak sabaran dan cepat marah. Apa bila sedang marah maka cenderung destruktif dan menyakiti anak lainnya.

Sedang sifat bawaan dari Sanguin memberikan ciri-ciri kemauan yang seringkali/cepat berubah-ubah, terlalu banyak bicara yang sering kali mendominasi dan sulit berhenti.

Kombinasi Koleris dan Sanguin memiliki potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan menjadi calon-calon pimpinan diberbagai bidang karir yang dipilihnya.

Konflik terbesar antara Ibu Ibu Nia dan Billy adalah kombinasi kepribadian Sanguinis-Koleris (Billy) bertemu dengan Sanguinis-Flegmatis (Ibu Nia Natakusuma). Koleris yang lebih respek pada pola asuh yang sedikit bicara, tegas dan konsisten, sementara Ibu memiliki kecenderungan pola asuh yang lebih banyak bicara dan kurang bisa tegas serta tidak konsisten. Akibatnya Ibu akan kehilangan respek dari anak secara langsung, apa bila hal ini terus berlangsung dalam jangka panjang maka Billy akan lebih banyak melakukan “Control”/mendiktekan kehendaknya dalam berbagai hal.

2. Gaya Belajar
Alat sensori belajar manusia terbagi kedalam 3 bagian besar yaitu Mata (Visual), Telinga (Auditori) dan Perasa (Kinestetik).

Berdasarkan analisis mendalam dengan berbagai perbandingan kecerdasan dan pola kepribadian maka saya menemukan Billy memiliki tipologi gaya belajar yang dominan “Auditori” dengan berkombinasi dengan Kinestetik-Visual.


Mari kita lihat potret keseluruhan sang “Auditori”
Billy adalah tipe anak yang sangat verbal (suka berbicara/bercerita) dengan energi tubuh/gerak yang hampir tiada habisnya. Sebagian besar waktu pada masa kanak-kanaknya digunakan untuk bergerak dan berbicara apa saja. Bahkan pada saat tidak bicara tetap saja mengeluarkan suara bisik atau komat-kamit dari mulutnya.

Ia merupakan anak yang sangat pandai menirukan ucapan, oleh karenanya berhati-hatilah karena hampir setiap ucapan yang didengar ingin ditirukannya. Ciri khas lainnya adalah suka memimpin, memerintah atau menyuruh orang lain baik pada anak-anak ataupun pada orang yang lebih tua.

Sebagian besar tipe anak seperti ini suka menimbun dan mengkoleksi benda-benda kecil baik itu komik, kartu, koin atau apa saja yang menarik perhatiaannya.

Meskipun ia adalah seorang anak yang pandai dan cepat mengambil keputusan namun apa bila ia dihadapakan pada dua pilihan maka ia sering tampak ragu dan bingung untuk memilih. baginya ia lebih suka untuk mencobanya terlebih dulu satu persatu baru memutuskan untuk memilih yang mana, hal ini sering kali sepertinya bertele-tele dan menghamburkan waktu/biaya dan kerap membuat kita tidak sabar.

Ciri-ciri Berbahasa/Verbal
Anak Auditori memiliki kemampuan yang sangat unggul dalam berbicara dan menirukan kata/suara. Bahkan kosa kata dan pemahaman kalimat jauh diatas rata-rata rekan-rekan seusianya. Mereka sangat cepat merespon sebuah dialog ataupun pertanyaan yang diajukan kepadanya dan bahkan sebelum ditanya ia sering kali lebih dahulu bertanya atau menyela. Dan selalu ingin didengarkan meskipun terkadang dengan cara memaksa orang lain untuk mendengarkan ceritanya.

Sang auditori memiliki perasaan serta opini yang kuat terhadap sesuatu dan dia dapat mengungkapkan apa yang ada dikepalanya dengan mudah. Pada saat emosinya meningkat ia cenderung mengekspresikannya dengan berteriak atau membantah. Gerakan tangannya mengikuti apa yang diucapkan serta ketidak puasannya sering kali diungkapkan secara destruktif baik dengan memukul, melempar atau membanting. Pilihan kata-kata yang digunakan saat marah cenderung kasar yang sering kali dia dengar dari orang lain yang mungkin tanpa sengaja sedang marah/memaki.

Pada saat bertengkar ia hampir tidak pernah mau mengakui bersalah, dan bahkan cenderung untuk mencari orang/pihak lain yang dipersalahkan (kambing hitam).

Ciri-ciri Fisik/Kinestetik
Anak Auditori cenderung memiliki tubuh yang ramping/agak kurus, namun demikian walaupun kurus tubuhnya keras. Hal ini disebabkan karena sifatnya yang selalu ingin bergerak kesana, kemari dan tidak pernah betah untuk diam. Dia hanya diam pada saat kelelahan dan biasanya digunakan untuk segera tidur.

Dia memiliki kelebihan untuk dapat cepat menguasai aktivitas fisik dan apa bila ia telah menguasai suatu gerakan maka apa yang dilakukannya adalah dengan mengajarkan pada teman-temannya melalui bicara atau malah mengkoreksi gerakan teman-temanya yang dianggap kurang pas.

Saat belajar disekolah (tradisional) dimana anak harus duduk diam dibelakang meja, merupakan saat-saat paling menyiksa baginya. Anak-anak ini menghendaki adanya kebebasan dalam bergerak terutama berbicara. Mereka ingin diberikan kebebasan untuk mengerjakan tugas-tugas sesuai yang di inginkannya. Ia membutuhkan sarana untuk mengekpresikan kemampuannya melalui forum diskusi, tanya jawab, serta menceritakan pengalamannya serta hal-hal verbal lainnya.

Ciri-ciri Visual

Pada saat menggambar atau melukis anak Auditori cenderung memiliki citra visual sederhana tetapi unik. Pada umumnya banyak yang mengalami kesulitan dalam menulis tangan, hasilnya cenderung agak terlihat morat-marit dan sulit terbaca, namun demikian ia akan tetap berkeras dengan gaya tulisan “indah” nya seindiri.

Anak Auditori biasanya malu melakukan kontak mata pada saat berdialog. Mereka sering memalingkan muka atau berkedip-kedip saat berbicara. Akan tetapi manakala ia sudah merasa nyaman maka ia cenderung untuk terus berbicara dan sulit terputus.

Berkaitan dengan kemampuan visualnya maka anak auditori sering kali bercerita tentang sesuatu yang berasal dari citra khyalnya semata, yang merupakan ekpresi kemampuan menggabungkan antara daya khayal dan berbahasa, namun sering kali orang menanggapi ceritanya sebagai sebuah kebohongan.

4. Memahami, Mendukung dan Pengarahkan Potensinya.
Untuk bisa berkomunikasi dengan orang Auditori seperti Billy, kita perlu mengetahui kebutuhan dasarnya yaitu Kebebasan berbicara, bergerak/berekspresi , dihargai ide-idenya, Diperhatikan, terutama didengarkan sambil ditanggapi saat dia bicara/bercerita dan diajak berdialog.

Apa bila kita mau mendengarkan cerita-ceritanya itu merupkan sebuah proses yang sangat membantu proses tumbuh kembang kecerdasannya. Meskipun sering kali dia akan memulai pembicaraan terlebih dahulu sebelum ditanya, tapi akan lebih baik apa bila kita juga suka untuk memulai bertanya. Karena sifat dominannya adalah bicara maka pertanyaan seperti “ Hari ini disekolah membahas atau membicarakan apa saja...?” akan lebih cocok dari pada pertanyaan seperti “ hari ini Billy melakukan apa saja disekolah..?” Namun demikian pada saat ibu Ibu Nia Natakusuma memulai pertanyaan ini yakinkan terlebih dahulu bahwa ibu telah siap secara lahir bathin untuk mendengarkan dan menanggapinya dengan penuh perhatian.

Yang unik dari anak dengan tipe ini adalah kecerdasaanya akan sangat terbangun apa bila dalam banyak hal ibu melakukan diskusi, tukar pikiran dari pada menceramahi dan mengajari seseuatu secara langsung. Ia akan benar-benar terbantu proses berfikirnya dan menikmati apa bila dalam banyak hal ia diajak bertukar pikiran atau pendapat. Salah satu keunggulannya adalah kemampuan memimpin, oleh karena itu dengan cara bertukar pikiran akan membantu kemampuan berpikirnya sekaligus kemampuan untuk mengambil keputusan berdasarkan pemahamamnya.

Dalam berdialog ia akan sangat suka bila mendapatkan perbendaharaan kata baru, dan jika dia tidak mengerti maka ia akan segera menanyakannya oleh karenanya jangan takut untuk menggunakan kata-kata yang biasa digunakan oleh orang dewasa seperti “berimaginasi, intimidasi, kolaborasi, persuasif dan sejenisnya. Apa bila ia mendapatkan kata baru sering kali saking senangnya akan diulang-ulang terus kata tersebut sampai melekat dipikirannya.

Dari sisi prilaku ada baiknya kita membantu mengajari tata krama berdasarkan prinsip yang tidak menghambat tumbuh kembang kecerdasannya. Karena pada umumnya anak dengan tipe ini sering meniru prilaku orang lain tanpa bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak patut. Jadi ibu sebagai orang tua mesti jeli melihat prilaku-prilaku kurang baik apa saja yang baru saja di tirunya. Ini harus segera di arahkan, karena bila terlambat dan sudah melekat akan diperlukan upaya lebih besar untuk merubahnya.

Secara naluriah otaknya lebih cepat menangkap dari apa yang dia dengar, oleh karenanya bantulah ia belajar melalui media-media suara, baik itu tape ataupun CD yang bersuara. Doronglah ia untuk belajar dengan merekam suaranya dan mendengar kembali dari tape, mencurahkan gagasannya melalui media tulisan atau menceritakan langsung.

Karena ia sangat peka suara maka seringkali ia bisa menilai anda dari nada suara yang anda keluarkan, apakah anda sedang sedih, marah, malas dsb. Jadi janganlah berpura-pura dengannya, katakan kondisi anda sesungguhnya dan buat janji kapan saatnya anda bisa mendengarkan atau berdialog dengannya dengan baik jika saat ini terasa tidak memungkinkan.

Musik merupakan salah satu media yang dapat mempengaruhi suasan hati anak auditori. Mendengarkan musik, bercerita atau menyanyikan lagu bersama bisa membangun ikatan batin yang lebih baik dan membuatnya merasa lebih nyaman. Sering kali ia akan memilih jenis musik yang ingin didengarkannya dan ini bisa merupakan petunjuk suasana hatinya pada saat itu.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ia dalah tipe anak pengatur akan tetapi ia juga sekaligus anak yang bisa dikendalikan melalui aturan. Oleh karena itu apa bila anda ingin mengendalikan prilakunya maka gunakanlah aturan/kesepakan namun ingat harus konsisten dan tegas. Jangan pernah sekalipun anda tidak konsisten, karena anak dengan tipe ini juga sekaligus menjadi penuntut dan pelanggar aturan yang tidak ditepati.

Energi tubuhnya sangat tinggi dan sering kali membuat kewalahan bagi para orang tua dan guru. Oleh karenanya salurkanlah energinya melalui kegiatan-kegiatan fisik yang bermanfaat baik bersifat olah raga maupun seni olah tubuh. Usahakan seluruh energinya tersalur pada hal-hal yang positif dan bermanfaat sehingga yang tersisa hanya waktu untuk beristirahat dan tidur.

Kemampuan Auditori-Kinestetik yang dominan menyebabkan segala keingintahuannya akan disalurkan melalui bertanya atau mencoba-coba sesuatu. Jadi bersabarlah untuk menanggapi pertanyaan yang datang bertubi-tubi, mendetil dan kadang mengulang-ulang. Selain itu juga kita harus waspada dan sigap karena keingintahuannya yang besar seringkali ia melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya secara fisik. Apa bila ini terjadi maka lakukan tindakan penyelamatan segera dan bahas kejadian tersebut pada saat anda berdua dalam keadaan nyaman, mintalah ia untuk tidak mengulangi lagi, bila perlu gunakan kesepakatan dan aturan, dari pada berteriak-menceramahi atau memarahinya saat kejadian. Karena yang terjadi sesungguhnya adalah bagian dari proses belajar yang bersumber dari ciri kinestetiknya. Biarkan syaraf-syaraf otaknya untuk tumbuh, selanjutnya cegah hal ini agar tidak terulang lagi.

Yang unik dari anak dengan tipe ini adalah sering di anggap cerdas karena kemampuannya untuk bisa mengekspresikan apa yang dirasakan dan dipikirkannya secara jelas dan benar akan tetapi juga sering dianggap sebagai anak yang kurang bisa berkonsentrasi karena ia memang tidak bisa belajar dengan duduk berlama-lama. Meskipun yang terjadi sesungguhnya walaupun dia bergerak dia tetap belajar, atau malah sebaliknya dia bergerak untuk mengganggu adalah karena cara belajar dengan bergerak yang dimilikinya tidak dapat tersalurkan hingga ia memang tidak bisa berpikir sebelum dia bisa melepaskan energi geraknya. Nah ini yang sering kali disalah tafsirkan sebagai anak iseng yang suka mengganggu atau si penggangu.

Sebagian anak dengan tipe ini ada yang mengalami kesulitan dengan menulis dan membaca. Apa bila ini terjadi maka cara membantunya adalah menggunakan kemampuan unggul di auditori yakni dengan rajin membacakan cerita secar berulang-ulang setelah ia hafal maka berhentilah pada satu frasa dan mintalah ia untuk mengucapkan kata yang hilang sampai perlahan-lahan kita minta untuk menuliskan lanjutannya. Doronglah ia selalu melakukan sambil terus mengucapkan apa yang akan ditulisnya, tapi ingat nuansanya harus sambil bermain dan santai.

Demikian hasil analisis ini disampaikan sebagai gambaran umum dari keunikan-keunikan yang dimiliki oleh Billy. Tentu saja hasil analisis ini tidak mampu mengupas sampai pada ketepatan 100% mengingat dalam beberapa kombinasi yang diteliti akan selalu muncul hal-hal lain yang uniknya bersifat spesifik pada masing-masing anak. Namun demikian melalui penjabaran ini orang tua akan memiliki panduan dasar bagaimana melihat putranya secara menyeluruh dan mengembankan melalui pengamatan-pengamatan yang lebih rinci

Sekali lagi yang jauh lebih mengetahui masing-masing anaknya secara rinci seharusnya adalah kita para orang tua dan saya dalam hal ini hanya membantu menemukan pokok-pokoknya sebagai landasan berpikir dan bertindak dalam menggali dan memupuk potensi anak kita lebih jauh lagi.

Apa bila ada hal-hal yang masih belum jelas dari penjabaran ini maka saya dengan senang hati untuk berdiskusi dengan Ibu Nia Natakusuma.