Pages

Kamis, 20 Mei 2010

Belajar Kasih Sayang

[belajar akhlak] KASIH SAYANG

Kata ar-rahmah (kasih sayang) berasal dari kata ar-rahmu atau ar-rahim yang artinya adalah kedekatan dan hal-hal yang bisa menimbulkan kedekatan. Ketiga kata tersebut merupakan turunan dari kata ar-rahiim yang artinya kandungan tempat tumbuhnya bayi. Sehingga bisa dikatakan bahwa arti kata ar-rahmah adalah halus, lembut, kasih sayang, dan lunak yang semuanya mengarah pada satu arti yaitu ‘sangat dekat’. Sedangkan kebalikan dari sifat ar-rahmah adalah bersikap kasar, keras hati dan kaku.

Sifat ar-Rahmah adalah salah satu sifat ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Didalam Al-Qur’an, ALLAH Subhanahu wa Ta’ala menegaskan,
“…Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Al-A’raf:56)
“…Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang yang sesat.” (QS. Al-Hijr:56)
“…Maka sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, pasti kamu termasuk orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah:64).
“Dan Tuhanmu Maha Pengampun…” (QS. Al-Kahf:58).

Kata ar-Rahiim sendiri merupakan salah satu asma-asma ALLAH Subhanahu wa Ta’ala (al-asmaa’ al-husna). Kata ini sering kita ucapkan sehari-hari yaitu ketika membaca basmalah.
ALLAH Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima taubatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah:37).
“…Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah:143).
“Ketahuilah, bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya dan bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Ma’idah:98).

Mengenai sifat kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ALLAH Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Sunggguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaum-mu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang beriman.” (QS. At-Taubah:128).
“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya’:107).

Meskipun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia utama yang selalu dijaga gerak-geriknya oleh Sang Pencipta, namun ALLAH Subhanahu wa Ta’ala tetap memerintahkan Nabi-NYA itu untuk berendah hati dan menyebarkan kasih sayang. ALLAH Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya),
“…dan berendah hatilah engkau terhadap orang yang beriman.” (QS. Al-Hijr:88).

Banyak hadits yang menceritakan mengenai sifat kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beberapa kisah yang menunjukkan betapa besar kasih sayang beliau.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok yang terkenal sangat sayang dan lembut terhadap anak-anak. Diriwayatkan oleh Aisyah tentang kedatangan seorang Arab Badui yang menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan terheran-heran melihat beliau menciumi anak kecil. Dengan nada heran dia berkata, “Kamu mencium anak-anak? Kami tidak pernah menciumi mereka.” dengan nada heran dan ingkar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Apakah Allah telah mencabut sifat kasih sayang dari hatimu?” (HR. al-Bukhari).

Abu Hurairah menceritakan bahwa pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium cucu beliau Hasan bin Ali. Disaat itu al-Aqra’ bin Habis at-Tamimi sedang duduk dan heran melihat apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu, dia pun berkata, “Saya punya sepuluh anak, dan saya sama sekali tidak pernah mencium satupun anakku.” Mendengar ucapan ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memandangnya sambil berkata, “Barangsiapa tidak mengasihi, dia tidak akan dikasihi.” (HR. al-Bukhari).

Pada suatu hari ada seorang pemuda datang menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon kepadanya supaya diijinkan ikut berjihad. Kemudian beliau bertanya kepada pemuda itu, “Apakah kamu punya ibu?” pemuda tersebut menjawab, “Ya, saya masih punya ibu.” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepadanya, “Jagalah ibumu saja. Karena sesungguhnya surga berada dibawah kedua kakinya.”

Ketika seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutarakan keinginannya ikut berhijrah bersama beliau. Orang tersebut berkata, “Wahai Rasulullah, saya datang kesini setelah membuat kedua orang tuaku menangis.” Rasulullah pun berkata kepada orang itu, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu, dan buatlah mereka tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis.” (HR. Ahmad)

Dalam hadits diatas tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan betapa besarnya penghargaan Islam terhadap kedua orang tua, sehingga mereka harus diprioritaskan dalam segala hal, termasuk dalam hal mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Dalam hadits tersebut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak mau memberikan ijin kepada orang yang hendak berjihad fi sabilillah sebelum mendapat restu dari orang tua. Perlu di ingat bahwa jihad yang dimaksud adalah jihad yang hukumnya fardu kifayah, namun jika jihad tersebut adalah untuk mempertahankan eksistensi Islam maka hukumnya fardu ‘ain dimana setiap muslim harus melakukannya dan tidak perlu restu dari orang tua.

Kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya terbatas untuk kalangan umat Islam atau kerabatnya saja. Orang-orang musrik juga dikasihi oleh beliau. Pada saat Perang Badar, sebelum pertempuran berkecamuk beliau berkata, “Saya tahu bahwa orang-orang bani Hasyim dan beberapa yang lainnya ikut perang karena terpaksa. Mereka sebenarnya tidak ingin memerangi kita. Barangsiapa (dalam pertempuran nanti) ada diantara kalian yang bertemu dengan salah seorang dari bani Hasyim, janganlah ia dibunuh. Barangsiapa diantara kalian yang bertemu dengan Abul-Bakhtari bin Hisyam ibnul Harits bin Asad, janganlah ia dibunuh. Barangsiapa ada diantara kalian yang bertemu dengan al-Abbas bin Abdul-Muththalib, janganlah ia dibunuh. Mereka semua ikut perang karena terpaksa.

Para tawanan perang juga merasakan kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berpesan kepada para sahabat, “Perlakukanlah tawanan perang dengan baik.”

Setelah kepala suku Yamamah, Tsamamah bin Atsal masuk Islam, dia bersumpah untuk tidak mengirim produk gandum kepada penduduk kafir Quraisy. Orang-orang Quraisy pun mengeluh dan mengadukan masalah ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya kamu adalah orang yang suka memerintah orang lain supaya menyambung tali silaturrahim.” Setelah itu beliau mengirim surat kepada Tsamamah supaya dia mau mendistribusikan produk gandumnya ke penduduk Mekkah.

Bisa saja Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membalas perlakuan kafir Quraisy, mengingat mereka pernah mengembargo dan mengurung umat Islam di suatu tempat yang bernama Syi’b Abi Thalib. Namun keputusan Tsamamah bin Atsal untuk tidak mengirimkan gandum kepada penduduk Quraisy ini tidak disetujui oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini menunjukkan bahwa rasa kasih sayang beliau juga dicurahkan kepada orang-orang musyrik meskipun sebelumnya mereka telah menyakiti beliau.

Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diminta untuk mendoakan tidak baik terhadap seseorang, baik orang muslim maupun kafir, maka beliau justru melakukan sebaliknya, yaitu mendoakan baik bagi seseorang tersebut.

Diriwayatkan ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta rombongan meninggalkan bani Tsaqif, ada sebagian sahabat meminta kepada beliau supaya berdoa untuk kehancuran bani Tsaqif. Namun beliau menolak bahkan beliau berdoa, “Ya Allah berilah petunjuk kepada bani Tsaqif dan anugerahilah mereka.”

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi musuh, maka para sahabat berkata, “Seandainya anda melaknati mereka wahai Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya aku tidak diutus agar menjadi orang yang suka melaknat, akan tetapi aku diutus sebagai rahmat.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memukul seseorang dengan tangan beliau, kecuali jika sedang berada didalam jihad dijalan Allah SWT. beliau tidak diberi pilihan kecuali baliau akan memilih pilihan yang paling mudah diantara pilihan-pilihan yang ada, selama hal tersebut tidak termasuk kategori dosa atau yang bisa memutuskan tali persaudaraan.

Diriwayatkan oleh Abu Dzarr al-Ghiffari, “Suatu ketika, aku mencela dan mencaci seseorang, lalu aku mengejek dan mencemoohnya dengan menyebut kejelekan ibunya, lalu Rasulullah saw. berkata kepadaku, ‘Wahai Abu Dzarr, apakah kamu mengejek dan mencemoohnya dengan menyebut keburukan ibunya? Sungguh, didalam dirimu masih terdapat karakter jahiliah. Mereka, saudara-saudaramu adalah pembantumu dan mereka merupak sebuah pemberian dari ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. yang Dia jadikan berada dibawah kekuasaanmu. Maka barangsiapa memiliki saudara yang berada dibawah kekuasaannya, maka hendaklah dia memberinya makan seperti apa yang dia makan dan memberinya pakaian seperti apa yang dia pakai. Jangan kalian membebani mereka dengan hal-hal yang diluar kemampuan mereka. dan jika kalian memberikan beban suatu pekerjaan kepada mereka, maka bantulah mereka di dalam menunaikan pekerjaan tersebut.”

Pada khutbah terakhir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau memberikan sebuah wasiat tentang para pembantu dan budak, “Allah menjadikan kalian pemilik mereka dan bila Allah menghendaki, maka Allah menjadikan kalian milik mereka. diantara para budak yang kalian senangi, maka tahanlah mereka, adapun yang kalian tidak senangi, maka sama seperti mereka. janganlah menyiksa makhluk Allah azza wa jalla.”

Bahkan Rahmat dan kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya terbatas pada manusia saja, akan tetapi juga mencangkup hewan. Seringkali beliau memberikan wasiat kepada para sahabat agar berlaku halus dan lembut terhadap hewan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takutlah kalian kepada Allah, dalam hal hewan-hewan yang tidak mempu bicara ini, naikilah tatkala dalam keadaan baik dan sehat, makanlah dagingnya tatkala dalam keadaan sehat dan baik.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian menaiki hewan-hewan ini, maka berikanlah haknya pada tempat-tempat peristirahatan, janganlah kalian seperti setan atas hewan-hewan tersebut.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang mengebiri unta dan hewan-hewan lainnya serta melarang mengadu hewan.

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang bepergian bersama sebagian para sahabat, lalu ada diantara sahabat yang mengambil dua ekor anak burung, lantas si induk anak burung tersebut datang mengepak-ngepakkan kedua sayapnya. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat hal tersebut, maka beliau berkata, “Siapa yang telah mengambil anak burung ini sehingga ia menjadi terganggu? Kembalikanlah anak burung itu kepada induknya.”

Tidak diragukan lagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah teladan utama dalam masalah Kasih Sayang. Maka hendaklah seorang muslim selalu berusaha mempelajari dan meneladani ahklak mulia beliau. berkasih sayanglah kepada sesama, kepada makhluk dan alam, serta berkasih sayanglah dalam segala urusan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan di dalam segala urusan.”


-----
Lihat, Akhlak Rasul Menurut Bukhari-Muslim, penulis Abdul Mun’im al-Hasyimi, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al-Kattani, Gema Insani, 2009.
Bab. Kasih Sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar