Pages

Kamis, 20 Mei 2010

Berkaca Pada Anak

BERKACALAH PADA ANAK

Suatu hari , saya menghadiri satu perlombaan drama di sekolah anak saya, mereka memerankan satu kisah drama tetapi setiap anak akan dinilai berdasarkan perannya masing-masing.
Dari kejauhan saya melihat ada yang berperan sebagai penjual jamu dengan bakulnya, ada yang menjadi seorang guru lengkap dengan baju dan tasnya, ada yang berperan sebagai murid yang pemurung , dan ada seorang anak laki – laki berwajah garang yang memerankan pak tua yang pemarah. Dan banyak lagi peran-2 yang terlihat oleh saya.

Tepuk tangan bergema di aula ketika para murid tampil dengan perannya masing-masing. Murid-murid itu berlomba-lomba untuk menjadi pemain drama terbaik., karena ingin mendapatkan piala kemenangan dari sekolah tersebut.

Akhirnya pementasan dramapun selesai, dan akhirnya para gurupun memulai penghitungan nilai. Untuk menentukan siapa yang berakting paling bagus dan menjadi pemenangnya. Jantung para murid dan orangtua merekapun berdegup kencang, berharap bahwa merekalah yang akan menjadi juaranya.

Tibalah saatnya, para guru membacakan nama pemenangnya , “ pemeran drama terbaik mala mini adalah , “ Dino”… tepuk tangan menggema keseleruh aula, Dino adalah anak berwajah garang yang memerankan menjadi orang tua yang pemarah, orang tuanya begitu bangga dan tertawa menyambutnya, kepala sekolah menyuruh dino dan orangtuanya untuk naik keatas panggung, kepala sekolah menyalami keluarga itu, dan sebelum menyampaikan piala itu kepada Dino. Kepala sekolah bertanya kepadanya ,

“ Dino , bisakah kamu memberitahukan kepada teman-temanmu, rahasia apa sehingga dino mampu bermain peran sebagus ini,?”

Kemudian Dinopun membeberkan rahasianya,

“ sebenarnya aku ingin berterimakasih kepada papa, karena dari beliaulah aku belajar , bagaimana menjadi orang yang pemarah. Sejak kecil papa selalu berteriak dan membentakku serta mengucapkan kata-kata kasar kepadaku dan kepada mama, jadi menjadi seorang pemarah , bukanlah peran yang sulit untuk aku mainkan, itulah rahasia saya.!”

Ayah dino yang semula berdiri dengan bangga, perlahan-lahan tertunduk, malu,menyesal dan sedih semua bercampur tidak karuan. Rasanya dia seperti seorang terdakwa yang harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Saat itu semua orang seolah menunjukkan kesalahannya sehingga tidak ada alas an baginya untuk membela diri. Ia harus membenahi apa yang perlu dia benahi di dalam dirinya.

“Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya,”

Anak-anak akan belajar menjadi pribadi yang serupa dengan orang-orang terdekat mereka.
Jika kita membesarkan anak-anak dengan teriakan dan kemarahan mereka akan bertumbuh menjadi anak yang pemarah dan pemberonyak
Jika kita membesarkan mereka dengan barang-barang curian,maka mereka akan menjadi pencuri dan perampok.

Sebagaimana cermin , merefleksikan bayangan dari apa yang ada di depannya, demikianlah anak-anak akan mencerminkan perilaku orang tuanya.

Jangan kesal dan marah atas beberapa kebiasaan buruk pada anak-anak kita, karena mungkin sekali kebiasaan itu adalah duplikat kebiasaan kita.
Kita tidak akan pernah memecahkan Cermin karena wajah buruk yang tampak disana, satu-satunya yang kita lakukan adalah memoles wajah itu, sehingga apa yang terlihat di cermin adalah bayangan yang cantik.

Benahilah kelakuan dan kebiasaan kita, jika kita menginginkan anak-anak kita baik, sebab dari kitalah mereka belajar.
Jika kita melihat anak-anak yang manis perilaku dan kebiasaannya, berbanggalah kita karena kita telah menjadi panutan bagi mereka.

Melalui tingkah laku , mereka akan member tahukan ke orang lain bagaimana kehidupan orangtua mereka sesungguhnya.


“ Memberi teladan yang baik pada anak-anak merupakan salah satu cara menghargai diri sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar